GAZA (Arrahmah.id) — Lima jurnalis Palestina terbunuh di lokasi berbeda di Jalur Gaza dalam beberapa jam terakhir, kata kantor media pemerintah Gaza pada Sabtu (6/7/2024), seperti dikutip Anadolu Agency.
Dalam sebuah pernyataan, kantor media tersebut mengatakan bahwa kematian baru tersebut menambah jumlah jurnalis Palestina yang terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 menjadi 158 orang.
Kantor media pemerintah dan organisasi hak asasi manusia telah berulang kali memperingatkan bahwa tentara Israel sengaja menargetkan jurnalis Palestina sejak dimulainya perang di Gaza untuk mencegah pemberitaan “kejahatan” mereka di wilayah tersebut.
Menurut data dan statistik dari International Committee to Protect Journalists, sebuah LSM yang berbasis di New York, perang di Gaza telah menjadi “yang paling berdarah bagi jurnalis” sejak komite tersebut mulai mendokumentasikan pembunuhan jurnalis di seluruh dunia pada 1992.
Februari lalu, International Center for Journalists, sebuah LSM yang berbasis di Washington, mengumumkan bahwa perang di Gaza merupakan tingkat kekerasan terhadap jurnalis tertinggi dalam 30 tahun. Organisasi tersebut meminta Israel untuk berhenti membunuh jurnalis dan menyelidiki insiden kematian mereka di tangan pasukannya.
Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.
Lebih dari 38.000 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 87.700 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir sembilan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei. (hanoum/arrahmah.id)