JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), Didi Suprijadi menyesalkan sikap Presiden RI Joko Widodo yang tidak menerima perwakilan dari puluhan ribu guru honorer yang melakukan aksi unjuk rasa di depan istana beberapa waktu lalu.
Didi menilai, Jokowi tidak punya niat baik kepada guru honorer. Padahal para guru hanya meminta pemerintah memberikan kejelasan atas nasib mereka.
“Ini agak dilema juga bagi kami di guru, karena sekian banyak guru honorer, sampai tiduran di depan Istana tapi tidak digubris, ada yang jalan kami long marc sampai Istana juga enggak diterima,” sesalnya dalam diskusi bertajuk ‘Vokasi dan Ironi Pendidikan di Era Milenial’ di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11), lansir RMOL.
Didi juga mengatakan kepada politisi DPIP Effendi Simbolon yang hadir sebagai salah satu pembicara dalam diskusi tersebut, agar harapan para guru honorer untuk diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) segera disampaikan ke Jokowi.
“Mudah-mudahan Pak (Effendi) Simbolon akan membuka hati (Jokowi) ini,” harapnya sembari menekankan Effendi merupakan seorang politisi dari partai pendukung pemerintah yang selalu membela kepentingan para guru dan guru honorer.
Didi mengungkapkan, dari 1,2 jutaan guru honorer, tidak sedikit yang sudah mengabdi hingga 10, 20 bahkan 30 tahun lamanya.
“Malah tadi pagi ada satu orang guru yang pensiun guru honor, sudah umur 60 tahun gaji terakhirnya Rp 160 ribu per bulan. Coba ironi tidak, di negara yang katanya gemah ripah loh jinawi, ada pekerja dan pekerjaannya itu di instansi pemerintah, Kemendikbud, di sekolah,” sesalnya lagi.
Didi menegaskan, diangkatnya guru honorer menjadi ASN sebenarnya bukanlah karena masalah negara tidak punya uang. Melainkan karena tidak adanya kemauan dari pemerintah sendiri.
“Sebetulnya problemnya mungkin orang tahu. Tapi niatnya (pemerintah) yang tidak ada. Good will-nya itu yang kurang. Sebetulnya kalau niatnya ada, ini kan dari tahun 2005,” tandas Didi.
Diketahui, ribuan guru honorer K2 yang melakukan unjuk rasa sampai menginap di jalanan seberang Istana harus berakhir sia-sia. Presiden Joko Widodo enggan menanggapi aksi demonstrasi guru honorer itu. Sementara, pihak istana juga tidak memberikan solusi yang bisa memenuhi tuntutan para guru.
Akhirnya, pada Rabu sore itu, para guru honorer terpaksa membubarkan aksi tanpa membawa hasil.
(ameera/arrahmah.com)