MAUNGDAW (Arrahmah.com) – Tidak ada tempat yang aman bagi masyarakat Rohingya di negara Bagian Arakan, Burma, karena masyarakat Rakhine (Buddhis) dan pihak berwenang Burma terus menerus menganiaya, menangkapi, membunuh, memeras, memperkosa, menjarah warga Rohingya, demikian seorang pegawai desa Rohingya mengungkapkan kepada Kaladan Press dalam kondisi anonimitas.
“Sejak terjadinya bentrokan pada Juni 2012, ratusan Muslim Rohingya tewas oleh orang-orang Rakhine dan aparat keamanan Burma. Selain itu, ribuan warga Rohingya telah mengungsi dari desa-desa mereka sendiri juga banyak warga Rohingya yang telah menderita penjara-penjara yang berbeda di negara bagian Arakan,” kata sumber.
Sumber juga mengatakan bahwa ratusan pemuda Rohingya (di atas 10 tahun) telah meninggalkan kampung halaman mereka untuk mencari peluang hidup yang lebih baik karena tidak ada jaminan keamanan atas hidup mereka di Arakan. Banyak juga pemuda Rohingya yang telah meninggal di laut pada saat di perjalanan menuju negara tetangga, seperti Bangladesh dan Malaysia, juga banyak para pemuda Rohignya yang harus mendekam dan menderita di penjara, baik di dalam maupun di luar negeri.
Seorang tetua Rohingya dari desa Aley Than Kyaw mengatakan bahwa aparat keamanan Burma termasuk warga Rakhine menangkapi dan memeras uang dari warga Muslim Rohingya dengan tuduhan palsu seperti memilki ponsel dari Bangladesh, terlibat kerusuhan, terlibat penyelundupan narkoba, terlibat perdagangan manusia, menebang pohon di hutan, dan tuduhan-tuduhan palsu lainnya.
“Kami tidak bisa memahami hukum otoritas Burma saat ini. Kami adalah manusia. Kami ditahan di sebuah kandang seperti burung. Berapa hari lamanya kami akan hidup dalam diskriminasi seperti ini dan pelanggaran hak asasi manusia di tanah air kami sendiri?”
Pada Selasa (29/12/2012), seorang pria Muslim bernama Habibullah bin Moggul Ahmad, dari daerah Nasaka No.7 di kota Maungdaw Selatan mengalami pemukulan parah oleh sekelompok Buddhis Rakhine di dekat gunung di daerah tersebut. Ketika ia sedang pergi ke gunung melihat tanamannya, 12 pemuda Rakhine dari desa Sommona Natala menyerbunya dan menyiksanya tanpa aba-aba. Kemudian, ia di bawah ke rumahnya oleh para warga desa setempat. Sekarang, ia sedang dirawat di desanya, kata seorang pedagang di desa itu.
Kasus Habibullah tersebut adalah satu dari sekian banyak kasus penganiayan yang dialami kaum Muslimin di Arakan. Mereka sadar, bahwa alasan utama mengapa mereka didiskriminasi adalah hanya karena mereka adalah Muslim.(siraaj/arrahmah.com)