MAUNGDAW (Arrahmah.com) – Agama Islam dan kaum Muslimin di Maungdaw kini sedang menghadapi kesulitan dalam melakukan kewajiban agama, sementara non-Muslim tengah bersukacita menikmati festival keagamaan mereka, festival air (Thingyan) di Maungdaw, ujar seorang tetua Maungdaw.
“Festival air yang diselenggarakan oleh penganut agama non-Islam (Budha) dari 11 hingga 18 April di mana pemerintah kota telah membangun dua tempat-satu di depan kantor administrasi distrik dan yang lainnya berbatasan dengan Masjid terbesar di Maungdaw (Masjid Juma)-di mana sebagian besar penganut Budha menikmati dan berpartisipasi dalam festval air.”
“Panggung yang dibangun di depan kantor administrasi distrik tidak bermasalah bagi ummat Islam namun yang dibangun di sepanjang batas Masjid Juma telah menghadapi begitu banyak masalah selama festival air berlangsung.”
Musik keras dari panggung terbuka membuat sulit kaum Muslim yang ingin melaksanakan sholat berjamaah karena suara musik tidak diturunkan sementara waktu sholat telah tiba. Rezim menyatakan kepada dunia bahwa tidak ada penganiayaan agama di Burma, tapi di Maungdaw di mana komunitas Rohingya hidup, selalu menghadapi kesulitan-setiap tahun, satu panggung besar dibangung di sepanjang perbatasan Masjid-ujar seorang pemimpin agama dari Maungdaw.
Tahun ini, dari 11 hingga 14 April, otoritas kota telah memberi izin untuk festival air bagi komunitas non-Rakhine (seluruh staf pemerintah) dan dari 16 hingga 18 April bahkan lebih panjang dari itu, untuk komunitas Rakhine. Dalam periode yang diperuntukkan bagi komunitas Rakhine, mereka menyanyikan lagu propaganda anti-Rohingya dan membacakan puisi yang bisa menjadi penyulut pertengkaran antara dua komunitas (Rakhine dan rohingya), lanjutnya.
Dalam peristiwa lainnya, kantor berita Kachin menyebutkan bahwa sekitar 30 biksu dan puluhan pengikutnya menghancurkan sebuah Masjid yang dibangun di kuartal Shan Kone, Seng Tawng, kota kaya giok di Kachin, utara Burma pada 12 April lalu sekitar pukul 16.00 waktu setempat, menurut saksi mata. “Dalam waktu hampir delapan jam, sebagian besar bangunan Masjid hancur.”
Peristiwa serupa juga terjadi sehari berikutnya di Kanma Township, divisi Magway pada 13 April malam oleh komunitas Budha setempat. Taqwaone.wordpress.com menyebutkan sebuah Masjid dan sepuluh rumah warga Muslim dihancurkan.
Serangan terhadap Muslim Burma di tempat lainnya terjadi pada 14 April, di mana mereka menyerang desa Raynanthan dekat Kanma Township. Warga Muslim akhirnya harus melarikan diri dari Kanma menuju Thayak Township karena jumlah penyerang (komunitas Budha) begitu banyak.
“Laki-laki Budha menghancurkan rumah di Hajeema Daw Wawa dan para perempuan merampok harta dalam rumah. Sekitar 1.144 gram emas milik penduduk Muslim dan delapan juta kyat dirampok oleh mereka.”
Pada 15 April, dua orang Budha memukuli dengan kejam seorang Muslim yang mengunjungi Kanma Township. Saat masyarakat Muslim melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi, polisi tidak menggubris sama sekali. (haninmazaya/arrahmah.com)