BEIRUT (Arrahmah.id) – Platform media sosial ramai bereaksi terhadap pembunuhan Saleh Al-Arouri, wakil kepala biro politik Hamas dan para aktivis menyebarkan klip video pertemuan Al-Arouri sebelum pembunuhannya pada Selasa malam (2/1/2024) di ibu kota Libanon, Beirut.
Di antara pertemuan-pertemuan tersebut, Al-Arouri mengonfirmasi apa yang dia katakan dalam wawancara sebelumnya mengenai pembicaraannya tentang kesyahidan, dengan mengatakan, “Darah dan jiwa kami tidak lebih berharga daripada syuhada mana pun, dan tidak boleh bagi ibu dari syuhada mana pun merasa bahwa darah para pemimpin lebih disayangi dan lebih berharga daripada darah putranya,” dan menambahkan bahwa “para syuhada lebih baik dari pada kita”.
Al-Arouri juga mengatakan – dalam wawancara sebelumnya dengan Al Jazeera sebelum kesyahidannya – bahwa “pendudukan tidak akan mematahkan keinginan rakyat kami dan mereka akan gagal mengendalikan Jalur Gaza,” seraya menekankan bahwa tidak akan ada negosiasi dengan tentara pendudukan mengenai pertukaran tawanan hingga berakhirnya agresi “Israel” di Jalur Gaza.
Al-Arouri juga menjelaskan bahwa Hamas mengumumkan sejak awal bahwa tawanan asing yang tiba di Gaza pada 7 Oktober bukanlah target, dan bahwa perlawanan siap untuk membebaskan mereka tanpa kompensasi apapun.
Beredarnya adegan Al-Arouri ini terjadi di tengah gelombang kemarahan di platform media sosial Arab atas pembunuhannya, bertepatan dengan reaksi berturut-turut setelah Hamas mengumumkan bahwa “Israel” membunuh wakil kepala biro politiknya dan dua pemimpin Brigade Qassam dalam serangan drone terhadap sebuah bangunan di pinggiran selatan Beirut pada Selasa malam (2/1), setelah catatan perlawanan yang panjang dan ancaman “Israel” yang berulang-ulang akan pembunuhannya.
Tel Aviv telah mengancam akan membunuh Al-Arouri beberapa bulan sebelum Operasi Banjir Al-Aqsa karena mereka menuduhnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas pemberontakan baru di Tepi Barat yang diduduki dan “Israel” memperbarui ancamannya setelah serangan 7 Oktober lalu.
Saleh Muhammad Suleiman Al-Arouri lahir pada 1966 di desa Aroura, Ramallah, di Tepi Barat tengah. Ia memperoleh gelar sarjana hukum Islam dari Universitas Hebron.
Al-Arouri berkontribusi dalam pembentukan Brigade Izzuddin Al-Qassam – sayap militer gerakan Hamas – di Tepi Barat, dan dianggap sebagai salah satu pemimpin paling terkemuka yang memasok persenjataannya.
Al-Arouri menghabiskan lebih dari 18 tahun di penjara “Israel”, dan dideportasi ke luar Palestina ketika dia dibebaskan terakhir kali pada 2010, di mana dia terpilih sebagai anggota biro politik Hamas, yang kemudian menjadi wakil kepala biro politik Hamas pada Oktober 2017, sekaligus menjadi petinggi Hamas di Tepi Barat.
Al-Arouri adalah salah satu anggota tim perunding untuk menyelesaikan kesepakatan terhadap tentara “Israel” yang ditangkap, Gilad Shalit, dengan perlawanan Palestina pada 2011.
Pada 31 Oktober, pasukan pendudukan meledakkan rumah keluarga Saleh Al-Arouri, beberapa pekan setelah dimulainya perang di Jalur Gaza. (Arrahmah.id)