NEW DELHI (Arrahmah.id) — Sebuah film baru tentang eksodus umat Hindu dari Kashmir pada 1990-an telah menggemparkan India, bahkan partai Hindu radikal yang berkuasa saat ini, Bharatiya Janata (BJP), ikut campur atas dirilisnya film itu.
The Kashmir Files, dirilis pada hari Jumat (11/3/2022), menceritakan kisah fiksi seorang mahasiswa Hindu Kashmir yang menemukan kenyataan bahwa orang tuanya dibunuh oleh anggota kelompok pembebasan Kashmir. Bukan disebabkan kecelakaan seperti yang dikatakan kakeknya.
Dilansir BBC (15/3/2022), film ini banyak mendapat kritikan dari apra pengamat film karena dinilai memicu perdebatan masyarakat karena sangat Islamofobia serta ceroboh terkait fakta dan data di lapangan.
Ironisnya, film ini justru didukung dan dipuji oleh Perdana Menteri Narendra Modi dan menteri-menteri penting dalam pemerintahan BJP-nya. Bahkan di beberapa negara bagian yang diperintah BJP, film ini dibebaskan dari pajak dan para polisi ditawari cuti sehari untuk menonton film itu.
Modi memanasi keadaan tersebut dengan menganggap para pengkritis film “konspirasi untuk mendiskreditkan” kenyataan.
Para penonton pun nampak reaktif sebelum dan sesudah melihat film ini. Mereka meneriakan slogan-slogan untuk melakukan memerangi umat Islam Kashmir di dalam bioskop.
Here is one more video. Proudly shared by a BJP member. 🤢🤢pic.twitter.com/ZIEwmxBotq
— Mohammed Zubair (@zoo_bear) March 14, 2022
Sebagian penonton lainnya malah menyerukan untuk memboikot film-film Sharukh Khan, Salman Khan, dan Amir Khan, tiga aktor muslim kenamaan India, dan meminta balas dendam atas terjadinya eksodus warga Hindu dari Kashmir.
Di bioskop lain di Delhi, seperti dilansir Free Press Kashmir (15/3), banyak dari penonton menggunakan selendang kunyit (ket: khas Hindu) dan Kurtas sambil berteriak-teriak slogan-slogan Vande Mahtaram dan juga genosida muslim.
Wilayah Kashmir dan wilayah di sepanjang perbatasan India dengan Pakistan telah lama menjadi topik sensitif. Lembahnya yang mayoritas Muslim telah lama menyaksikan perlawanan bersenjata melawan pemerintahan India sejak akhir 1980-an.
Militan Islam mulai menargetkan orang-orang Hindu Kashmir sebagai balasan atas perlakuan India terhadap warga muslim Kashmir. Akibatnya, banyak dari warga Hindu ini meninggalkan rumah mereka.
Pemerintah federal India kemudian mengerahkan tentara dan memberinya kekuatan besar memerangi mereka. Namun, ternyata warga sipil muslim malah ikut dianiaya. Meski kerap disangkal telah melakukan penganiayaan terhadap muslim, pemeritnah India kerap didemo besar-besaran oleh warga Kashmir yang sering berakhir tewasnya korban sipil.
Hubungan tegang itu semakin memburuk setelah pemerintah Modi mencabut otonomi Kashmir yang dijamin secara konstitusional pada 2019.
Kondisi ini diperburuk juga oleh partai nasionalis yang menggunakan isu eksodus Hindu sebagai jembatan untuk perolehan suara pada pemilu. Mereka terus memanasi warga dengan dalih Hindu tidak diberlakukan dengan baik. (hanoum/arrahmah.id)