(Arrahmah.com) – Seperti yang pernah dijanjikan sebelumnya, syaikh Aiman Azh-Zhawahiri akhirnya merilis video terbaru mengenai kenangan hidup beliau bersama syahidul ummah, syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah.
Video bertajuk “Ayyam Ma’al Imam 2” (Hari-hari Bersama Sang Imam # 2) tersebut dirilis oleh studio Al-Qaeda, Yayasan Media As-Sahab pada pertengahan Rajab 1433 H, bertepatan dengan bulan Juni 2012. Arrahmah.com menerjemahkan video tersebut untuk para pembaca budiman secara berseri.
Banyak kenangan istimewa yang kembali diceritakan oleh syaikh Aiman yang merupakan saksi hidup, kawan perjuangan, dan pelanjut langkah-langkah jihad syaikh Usamah. Dalam bagian pertama ini, syaikh Aiman mengisahkan bagaimana syaikh Usamah bekerjasama dengan seluruh elemen umat Islam demi kepentingan jihad fi sabilillah, tanpa terkungkung oleh fanatisme kelompok. Syaikh Aiman juga mengisahkan kezuhudan syaikh Usamah, sekaligus kegemarannya dalam berinfaq di jalan Allah Ta’ala.
***
Seri II dari “Hari-hari Bersama Sang Imam”
Dituturkan oleh Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri hafidzahullah
Dipublikasikan oleh
As-Sahab Media
Rajab 1433 H / Juni 2012 M
Dengan nama Allah … Segala puji bagi Allah … Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya dan siapa saja yang mengikutinya…
Saudara-saudaraku kaum muslimin di mana saja berada….
As-salamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Wa ba’du;
Berikut ini adalah seri kedua dari kenangan saya bersama Imam Mujahid Mujaddid Syaikh Usamah bin Ladin semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas, dan semoga Allah menyusulkan kami dengan beliau di dalam kebaikan. Sebagaimana yang telah saya katakan pada kesempatan yang lalu bahwa saya telah sepakat dengan para ikhwah untuk menyampaikan cerita secara mengalir saja sesuai yang Allah ta’ala arahkan dari berbagai kenangan saya bersama sang pahlawan yang telah membela umat Islam ini.
Di antara sisi indah dalam kepribadian Syaikh Usamah rahimahullah yang dikenal oleh semua orang yang pernah dekat dengan beliau adalah bahwasanya beliau itu adalah orang yang paling jauh dari sifat fanatik dengan organisasi atau kelompok. Artinya, beliau itu saya lihat orang yang paling kecil sifat fanatisme kelompoknya — namun yang sempurna itu hanyalah Allah semata —. Akan tetapi Syaikh Usamah itu merupakan suri tauladan dalam hal ini.
Saya ingat suatu saat saya pergi ke tempat beliau di bawah kepemimpinan para ikhwah Jalalabad, ketika para ikhwah melakukan serangan ke sana untuk menguasai wilayah tersebut. Saya dapatkan di tempat tersebut berkumpul para ikhwah yang berasal dari berbagai organisasi. Ada yang dari Ikhwanul Muslimin, ada yang dari Jamaah Islamiyah, ada yang dari Jamaah Jihad, ada yang dari Arab, ada yang dari asing, ada yang dari Jazirah Arab dan ada yang dari Iraq.
Demi Allah saya iri terhadap Syaikh Usamah bin Ladin. Saya katakan, “Masya Allah, Wahai Syaikh Usamah engkau bisa mengumpulkan manusia dalam satu proyek bersama dan mengarahkan mereka kepada kebaikan semacam ini.”
Di antara sifat lain Syaikh Usamah bin Ladin adalah bahwa beliau itu selalu bermusyawarah dengan setiap pemikir dan setiap orang yang beliau inginkan pendapatnya tanpa melihat kepada latar belakang organisasinya dan kemana loyalitasnya, demi mewujudkan kemaslahatan kaum muslimin. Beliau juga mempekerjakan para ikhwah dari berbagai organisasi yang bermacam-macam dalam program beliau dan memberikan tanggung jawab kepada mereka. Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah itu selalu ingin memanfaatkan semua ikhwah yang memiliki kelebihan dan mendorongnya untuk bekerja dalam program bersama.
Di antara contoh mengenai perhatian Syaikh Usamah terhadap penderitaan kaum muslimin tanpa melihat asal organisasinya adalah perhatian beliau terhadap kasus Syaikh Umar bin Abdur Rahman fakkallahu asrah. Sungguh kami menyaksikan sendiri betapa besar perhatian Syaikh Usamah terhadap masalah ini.
Pertama dari sisi propaganda, beliau lebih dari sekali berbicara tentang masalah ini dalam berbagai wawancaranya. Bahkan beliau membuat satu konferensi tersendiri yang khusus ini dan di sana beliau berbicara lebih banyak dari siapapun, yang mana hal ini telah masyhur dan terkenal.
Syaikh Usamah juga memberikan sokongan kuat terhadap siapa saja yang berusaha sungguh-sungguh untuk membebaskan Syaikh Umar Abdur Rahman. Beberapa ikhwah yang ikut serta dalam usaha tersebut mendengar pembicaraanku ini (mungkin mereka ikut hadir dalam studio di mana As-Sahab Media melakukan wawancara ini –penerj.) dan mereka mengetahuinya serta menjadi saksi dalam peristiwa ini. Sampai-sampai pada suatu saat, beberapa ikhwah yang ikut dalam proyek pembebasan Syaikh Umar bin Abdur Rahman fakkallahu asrah yang telah diberikan dukungan dana oleh Syaikh Usamah, para ikhwah tersebut meminta kepada saya supaya saya mendorong lagi Syaikh Usamah agar serius dalam masalah ini.
Maka saya pun pergi menemui Syaikh Usamah di sebuah gunung dekat Jalalabad, di mana beliau tinggal di sebuah lembah. Sebuah lembah yang indah sekali, diapit dua gunung batu, lalu ada pepasiran yang empuk dan mengalir sebuah anak sungai yang indah, dan tumbuh na’na’ barri [1] yang indah pula. Syaikh Usamah pada waktu itu tinggal di tempat tersebut. Di tempat inilah Syaikh Usamah menyampaikan sumpahnya yang terkenal itu. Di mana beliau bersumpah, “Amerika tidak akan pernah bermimpi aman sampai kami merasakan keamanan di Palestina dan di seluruh negeri kaum muslimin.”
Saya pergi menemui beliau di tempat ini, lalu saya duduk bersama beliau sesaat. Saya sampaikan kepada beliau dan kepada Syaikh Abu Hafs — semoga Allah merahmati beliau berdua dan juga seluruh syuhada’ umat Islam — tentang masalah ini. Maka Syaikh Usamah pun mengatakan kepada saya: “Saya harus meberikan apa lagi, para ikhwah ingin saya harus bagaimana? Tanyakan kepada mereka apakah saya lambat dalam masalah ini?”
Maka sayapun pergi lagi menemui para ikhwah, lalu saya katakan kepada mereka: “Syaikh Usamah mengatakan begini dan begitu.” Mereka pun mengatakan: “Memang benar. Syaikh Usamah tidak pernah lamban sama sekali terhadap kami. Tapi yang kami inginkan adalah supaya beliau mendorong semua orang untuk memberikan andilnya dalam masalah ini. Semoga Allah membalas mereka semua.”
Sedangkan kami — atas karunia Allah semata — sebagai usaha kami untuk mendapat ridha Allah dan berjuang membebaskan kaum muslimin yang tertawan, serta membebaskan Syaikh Umar Abdur Rahman, kami telah berhasil menawan seorang berkebangsaan Amerika dan Yahudi yaitu Warren Weinstein, dan kami telah mengajukan beberapa syarat pembebasannya yang di antaranya adalah harus dibebaskan Syaikh Umar Abdur Rahman dan dikembalikan ke keluarganya secara terhormat. Juga harus dibebaskan ‘Afiyah Shiddiqi, Hasna’ istrinya Syaikh Abu Hamzam Al Muhajir, serta seluruh keluarga Syaikh — semoga Allah membebaskan mereka semua —. Juga harus dibebaskan semua orang yang ditawan dengan tuduhan atau diduga punya hubungan dengan Al-Qaeda atau Taliban. Dan beberapa syarat lainnya yang dapat antum lihat di penjelasan. Kami memohon kepada Allah ta’ala agar diberikan petunjuk, keteguhan dan ketepatan langkah, dan agar menyegerakan pembebasan Syaikh Umar Abdur Rahman serta seluruh kaum muslimin yang tertawan.
Selain itu, saya ingin bercerita mengenai sisi lain dari kepribadian Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah, yaitu tentang kezuhudan beliau dalam hidup dan kehidupan. Tentu saja kezuhudan Syaikh Usamah bin Ladin adalah sesuatu yang sudah masyhur, semua orang mengetahui bahwa beliau yang kaya dan milyader ini telah menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah. Ini sudah masyhur, akan tetapi kami merasakan sendiri dalam kehidupan nyata bersama beliau.
Syaikh Usamah rahimahullah itu, jika engkau masuk rumahnya, rumahnya sangat-sangat sederhana. Di dalamnya terdapat beberapa dipan yang terbuat dari kayu, tikar plastik, dan beberapa perkakas rumah yang sangat sedikit. Syaikh Usamah itu apabila mengundang kami untuk makan di rumahnya, maka beliau hidangkan semua yang ada di rumah beliau. Roti, sayur, nasi — terkadang tanpa nasi —, apa saja yang ada beliau hidangkan.
Beliau sangat bersungguh-sungguh dalam membina para ikhwah agar terdidik dalam kesederhanaan, zuhud dan menjauhi dunia. Sampai-sampai ketika kami berada di kampung Arab — sebuah kampung yang penuh berkah, semoga Allah mengembalikannya dan mengembalikan seluruh negeri kaum musliminin yang terjajah dalam keadaan merdeka insya Allah —. Dahulu Syaikh selalu mendorong para ikhwah untuk tidak memasang listrik di rumah mereka dalam waktu yang cukup lama.
Tentu saja kampung ini terdiri dari dua bagian. Satu bagian umum di sebelah luar yang ditinggali oleh para pemuda. Di sana terdapat ruang penerimaan tamu, ada ruang administrasi, kantor-kantor dan seterusnya. Satu lagi bagian dalam yang ditinggali oleh orang-orang yang telah berkeluarga. Di bagian umum ini tersedia listrik untuk bekerja, produksi dan lain-lain. Adapun untuk bagian dalam, Syaikh Usamah menganjurkan kepada para ikhwah agar tidak memasang listrik di rumah-rumah mereka supaya mereka terbiasa hidup tanpa listrik.
Beliau sangat menekankan sekali dalam masalah. Sampai-sampai saya suatu saat membahas masalah ini dengan beliau. Saya katakan kepada beliau: “Kenapa begini?” Beliau menjawab: “Kemewahan itu adalah musuh jihad, dan jika para ikhwah terbiasa tumbuh dalam kesederhanaan mereka akan mampu menanggung kesusahan.” Saya katakan lagi kepada beliau: “Dan kemewahan apa yang kira-kira akan diperoleh para ikhwah? Ya, kalau ada yang ingin enak dia bisa beli mixer listrik di pasar.”
Beliau mengatakan lagi kepada saya: “Tidak, ini adalah kemewahan yang akan menjalar pada jiwa sedikit demi sedikit. Jika engkau membiasakan diri untuk hidup sederhana dan zuhud, maka kondisi apapun yang engkau hadapi setelah itu tidak akan membahayakannya.” Beliau memiliki pandangan pendidikan yang sangat dalam dalam hal ini.
Lagi, pandangan beliau dalam pendidikan masalah infaq, meskipun beliau itu zuhud dan sederhana … tentu saja, saya lupa untuk mengatakan bahwa meskipun beliau itu zuhud, namun beliau juga sangat dermawan, dan beliau sangat terkenal sebagai orang yang dermawan dan longgar kepada tamu. Beliau selalu menyembelihkan binatang untuk menyuguhkan hidangan yang baik buat mereka. Sampai-sampai saking banyaknya tamu beliau ketika di Kandahar … masya Allah, utusan datang kepada beliau silih berganti. Tidaklah berlalu satu atau dua hari kecuali ada utusan yang menemui beliau. Sepuluh orang, duapuluh orang, tiga puluh orang … dan seterusnya. Maka saking banyaknya tamu beliaupun membeli beberapa ekor kambing supaya kambing-kambing itu siap dan para ikhwah tidak lambat dalam menyiapkan makanan dan daging buat tamu.
Setelah itu, ketika Syaikh Usamah pindah dari kampung dan tamu pun semakin banyak, beliau membangun sebuah tempat khusus untuk penerimaan tamu yang dikenal dengan sebutan Darus Salam di Kandahar. Kami memohon kepada Allah agar mengembalikan Kandahar dalam keadaan merdeka dalam waktu dekat insya Allah.
Dan beliau itu meskipun sangat dermawan … saya lupa menyampaikan kisah ringan mengenai ini. Para ikhwah muda yang tinggal di kampung Arab bagian umum, mereka makan dari dapur umum di kampung tersebut. Sedangkan makanan yang dihidangkan oleh dapur umum ini adalah adas dan roti, antum tahu apa nilainya semua itu. Maka jika datang tamu, para ikhwah pun bergembira dan mengatakan: “Al-Hamdulillah, hari ini makan siang dan makan malam bagus insya Allah. Ada daging dan ada makanan enak.”
Meskipun beliau itu sederhana dan zuhud, namun apabila beliau pergi untuk misi jihad — dan saya belum pernah tahu beliau pergi untuk kepentingan selain jihad, semoga Allah menerima amal beliau —, terkadang beliau memberikan kelonggaran untuk para ikhwah pengawal. Suatu saat, saya ingat, saya bepergian dengan beliau lalu beliau membuat kelonggaran tidak seperti biasanya. Maka saya bertanya kepada beliau: “Wahai Syaikh, bukankah ini akan menghabiskan dana yang lebih?” Beliaupun menjawab: “Biarkan para ikhwah itu. Mereka itu sangat penat. Para ikhwah itu tidak memiliki kehidupan pribadi. Para ikhwah itu mungkin tidak memiliki waktu untuk memperhatikan kehidupan pribadinya.” Setiap saat ada panggilan tugas; Syaikh keluar … Syaikh masuk … Syaikh pergi … Syaikh datang, sedangkan mereka terus menyertai beliau. Beliau mengatakan: “Biarkan mereka. Ini sangat minim yang dapat kita longgarkan buat mereka.” Inilah pandangan pendidikan beliau rahimahullah.
Bersambung, insya Allah…
(unwanul falah/arrahmah.com)
[1] Catnip juga disebut Filao ramuan jauh seperti mint normal, adalah nama ilmiah (Latin: Mentha L pulegium). Tumbuh dan berkembang biak di daerah pegunungan di dekat saluran air atau tempat sama dengan ketinggian 10-55 cm memiliki daun aromatik dengan bau yang kuat dan khas, mekar selama periode musim panas antara juli dan september bunga putih agak berada di antara daun. (lihat: wikipedia)