MAUNGDAW (Arrahmah.com) – Kekerasan terhadap Muslim etnis Rohingya masih terus berlangsung di negara bagian Arakan (Rakhine), Burma (Myanmar). Pembunuhan, perampokan, pemerkosaan terhadap para Muslimah, serta penangkapan para pemuda Muslim mungkin telah menjadi kegiatan sehari-hari bagi apa yang disebut pasukan ‘keamanan’ di Rakhine serta didukung etnis Buddha Rakhine, bahkan otoritas setempat.
Hal tersebut bukanlah dugaan semata, melainkan bukti telah termpampang di depan mata. Upaya-upaya ekstrimis Rakhine merupakan bentuk pembersihan etnis Rohingya, orang Muslim Rohingya dianggap imigran ilegal oleh warga Rakhine. Nampak aneh memang, karena menurut Presiden ARNO (Organisasi Nasional Rohingya Arakan), ketika diwawancarai oleh Aljazeera, warga Rohingya dan etnis Arakan telah hidup berdampingan sejak lama dan Muslim Rohingya bukanlah imigran ilegal.
Bukti bahwa otoritas lokal mendukung kekerasan terhadap warga Muslim Rohingya adalah, dibiarkannya pasukan ‘keamanan’ ikut terlibat dalam kekejaman terhadap warga Rohingya. Dan sejumlah media Burma telah membuat propaganda busuk yang menunjukkan bahwa Muslim Arakan adalah teroris yang telah membunuh warga Buddha dan membakar rumah-rumah mereka. Seperti yang dikatakan oleh seorang tetua di kota Maungdaw.
Seorang tetua suku di Maungdaw mengungkapkan, seperti dilansir Kaladan News pada Ahad (17/6/2012), bahwa Otoritas Burma menggunakan taktik baru dalam upaya pembersihan etnis Rohingya dari desa-desa mereka. Mereka, yang disebut pasukan keamanan, menghancurkan harta benda masyarakat Rohingya, menangkapi para pemudanya di setiap desa di kota Maungdaw selatan dan membawa mereka ke markas Nasaka dimana mereka disiksa secara brutal dan diambil gambarnya setelah dilengkapi dengan senjata berat, seperti pedang, pisau, dan botol penuh bahan bakar, sebagai propaganda untuk membuktikkan kepada dunia bahwa mereka (Muslim Rohingya) adalah teroris melalui media-media Burma.
“Ini jelas bahwa pemerintahan melakukan pembersihan etnis secara sistematis untuk membuat masyarakat Rohingya melarikan diri dari tanah air mereka (Arakan,” kata tetua itu.
“Warga Rohingya akan menderita kelaparan jika situasi ini terus berlangsung. Otoritas Burma mendistribusikan makanan kepada masyarakat Rakhine, tetapi tidak ke masyarakat Rohingya,” tambahnya.
Telah diberitakan sebelumnya bahwa ribuan Muslim Rohingya menderita kelaparan karena ketiadaaan bantuan. Delegasi PBB dan LSM yang berkunjung ke Rakhine beberapa hari lalu diperintahkan kembali lagi karena otoritas Burma tidak berjanji akan menyediakan keamanan bagi mereka.
Dengan ketiadaan tim PBB dan LSM, para ekstrimis dan pemerintah lokal dapat melakukan genosida terhadap kaum Muslimin lebih efektif lagi tanpa sepengetahuan dunia luar. Karena itu, media-media independen yang pro-Rohingya Arakan yang memiliki sumber langsung dari Arakan, sangat membantu masyarakat internasional dalam penyebaran kabar situasi dan kondisi Muslim Rohingya. (siraaj/arrahmah.com)