JAKARTA (Arrahmah.com) – Majalah Gatra berhasil memperoleh testimoni sejumlah korban pelecehan seksual Habib “H”. Salah satunya, sebut saja Mamat, ia mengaku dicabuli “H” sejak tahun 2002 sampai 2006, ketika berusia 18-22 tahun. “H” memanggil korban ke kamarnya via SMS, telepon, Blackberry Messenger (BBM), atau via inbox Facebook.
Majalah Gatra berhasil memperolah copy perbincangan via inbox Facebook “H” dengan akun “Mengemis Do’a Kalian” dengan salah salah satu muridnya. Mereka menggunakan kode-kode alay yang dipakai. Misalnya, “H” mengajak “spg”, “dicolein”, membawa “vcd beef”, minta “ditelen”, “yg hot ok”, atau “musti hebat mainnya”. Pesan lain mengisyaratkan permintaan murid “beraksi” berdua di depan “H”.
“Kami disuruh mijitin,” kata Mamat kepada ditemui Gatra, Kamis pekan lalu, usai mengadu ke KPAI. Setelah memijit kaki, Mamat ditawari untuk dibersihkan hati dan nafsunya. “Saya disuruh nyium bibirnya, nelen ludahnya, dan nyium dadanya,” tutur Mamat.
Parahnya, “H” meminta diperlakukan bagaikan pacar Mamat dan mengklaim itu sebagai wewenang “wali”. “Lampiasin semua nafsu ente ke ane kalau ente mau dijaga nafsunya sama ane,” kata “H”, Mamat menirukan perkataan “H”.
“Ini hal wali. Ane melakukan ini buat ngeredam nafsu ente supaya nggak liar,” ujar “H” ditirukan Mamat.
Mamat yang sudah keluar dari NM, pada 2011 saat kasus pelecehan “H” meledak, Mamat tak dapat membendung lagi ingin mengungkapkan masalah yang ia pernah alami, yang ternyata adik kandungnya pun, sebut saja Andi (19) juga menjadi korban “H”.
Mamat bercerita bahwa adiknya dicabuli pada saat berusia 13 tahun. Mamat becerita bahwa adiknya disuruh mencumbu Habib “H”, “Adik saya disuruh cium bibir, nelen ludah, gigit lidah, kemaluannya dipegang-pegangin,” ungkap Mamat. Kepada korban lainnya, perilaku Hasan lebih buas. Hasan sampai melakukan sodomi dan oral sex. “Kalau oral, sampai ada gaya 69 segala,” ujar Mamat, dikutip Gatra. Hal itu membuat Mamat sangat marah dan geram kepada “H”.
Ternyata, “H” cukup royal kepada korban-korbannya. Mereka diberi uang “tips” sekitar Rp 50.000,00 sampai Rp 700.000,00, malahan ada juga yang dikasih telepon seluler.
Menurut Mamat, doktrin pencabulan itu disampaikan secara pribadi, bukan di pengajian terbuka. Jadi terlihat si Habib “H” “bersih dan mempesona”.
Namun sebelum ini, kedok si “H” pernah terbongkar, karena ada korban yang melapor kepada keluarganya, tapi selesai dengan cara kekeluargaan.
“H” mengaku kepada Mamat bahwa tindakan cabulnya itu sudah berhenti setelah menikah. Tetapi ternyata, aksi cabul “H” berlanjut pada 2004. Dan korban terbanyak adalah para remaja yang tinggal di rumah “H” di gang Kahfi, Jagakarsa, untuk membantu operasional NM.
Saat diwawancarai Gatra, Para korban mengaku bahwa mereka seperti dicuci otak, mereka ingin keluar dan tidak menikmati “aksi hot” dengan “H”, tetapi mereka seperti “terikat” dan mereka juga mengaku diintimidasi.
Korban-korban “H” mengatakan bahwa mereka tertipu mata karena melihat “H” memiliki ribuan murid.
“H” mendoktrin aksi cabul itu secara pribadi, bukan di depan pengajian umum, membuat ribuan muridnya merasa bahwa “H” adalah Habib yang shalih nan mempesona. (siraaj/arrahmah.com)