IDLIB (Arrahmah.id) — Komandan dan anggota kelompok militan Ajnad al Kavkaz, sebuah kelompok mujahidin asal Chechnya yang beberapa tahun terkahir aktif di Suriah, disebutkan pergi ke Ukraina untuk berperang melawan pasukan Rusia di sana.
Dilansir Al Monitor (22/10/2022), kepergian mereka dari wilayah Suriah diduga karena kebijakan terbaru kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir Syam (HTS) yang meminta pejuang asing untuk keluar dari Suriah.
“Ajnad al Kavkaz adalah kelompok moderat, meskipun mereka jihadis tapi tidak ikut campur dalam konflik internal kelompok perlawanan Suriah. Fokus utamanya adalah memerangi pasukan rezim Suriah di pegunungan dan hutan di pedesaan Latakia berdasarkan pengalaman pertempuran mereka di wilayah geografis yang sulit,” ungkap Humam Issa, seorang jurnalis yang berbasis di Idlib kepada Al Monitor.
Dia menambahkan bahwa kelompok itu tidak melakukan kegiatan advokasi dalam masyarakat Suriah karena tidak berbicara bahasa Arab.
Menurut Hummam, kelompok ini kerap mengungkapkan kode yang dibagikan di antara pasukan Rusia di Suriah mengingat pengetahuan mereka tentang bahasa ini.
Kelompok asal Chechnya ini juga dinilai memiliki pengalaman dalam seni bela diri, melumpuhkan pesawat Rusia, serta pencegahan serangan udara Rusia.
Humam melanjutkan, “HTS telah memperketat aturan bagi kelompok dari luar Suriah, terutama antara tahun 2020 dan 2021. Beberapa pemimpin dan kelompok dari luar Suriah ditangkapi dan diusir. Maka sebelum tertangkap HTS, mereka memilih meninggalkan Suriah ke Ukraina”.
Hummam sendiri menyebutkan bahwa Abdul Hakim al-Shishani, komandan Ajnad al-Kavkaz, meninggalkan Idlib ke Ukraina setelah berkoordinasi dengan kelompok-kelompok militer dari Batalyon Chechnya Sheikh Mansur yang aktif berperang melawan Rusia di Ukraina.
Dalam hal ini, seorang komandan dalam kelompok Ajnad al-Kavkaz yang dikenal sebagai Abu Abd al-Rahman al-Shishani mengatakan kepada Al-Monitor, “Banyak dari kita, terutama orang-orang yang memiliki rekam jejak masalah dengan para pemimpin HTS, meninggalkan Suriah menuju Ukraina. Perang Rusia-Ukraina menciptakan peluang bagi kami untuk meninggalkan Idlib dan peluang bagi HTS untuk menyingkirkan kami. Jumlah orang Chechnya yang tiba di Ukraina dari Idlib adalah sekitar 25, yang sebagian besar berkebangsaan Rusia dan Chechnya.”
“Kami pergi ke Ukraina untuk melawan Rusia yang membunuh dan melakukan kejahatan paling keji terhadap rakyat kami pada 1990-an. Melalui Kadyrov, agen Rusia, mereka (pasukan Rusia) terus melakukan kekerasan terhadap setiap Muslim yang menunjukkan permusuhan kepada Rusia, yang membunuh orang-orang Suriah yang kami dukung,”ungkapnya.
Dia menambahkan, “Kami berharap untuk bentrok dengan pasukan Rusia di Suriah, tetapi sayangnya, itu tidak terjadi. Rusia berperang di Suriah melalui pesawat, tetapi di Ukraina, kami dapat menghadapi tentara Rusia [di darat]. Setiap musuh Rusia adalah teman kita. Juga, orang-orang Ukraina yang tertindas, dan Islam memerintahkan kami untuk mendukung yang tertindas, apalagi jika penindas adalah musuh bersama bagi kami.” (hanoum/arrahmah.id)