TEL AVIV (Arrahmah.id) – Presiden “Israel”, Isaac Herzog mengungkapkan bahwa Hamas sudah menyiapkan senjata kimia berbasis sianida, dalam wawancaranya dengan Sky News pada Ahad (22/10/2023).
Herzog menunjukkan dokumen kepada Sky News, sembari mengklaim sebagai “instruksi resmi Al-Qaeda” yang menunjukkan cara membuat senjata dengan sianida. Instruksi tersebut konon berisi diagram rinci tentang “perangkat pendispersi sianida” dan didasarkan pada desain senjata kimia Al-Qaeda pada 2003.
Menurut intelijen “Israel” yang diperoleh Axios, instruksi tersebut ditemukan di USB pada jenazah pejuang Hamas di Kibbutz Be’eri.
“Ini adalah hal yang sangat mengejutkan di mana kita melihat instruksi yang diberikan tentang cara mengoperasikan dan cara membuat sejenis senjata kimia non-profesional dengan menggunakan sianida.”
Pesan yang dikirim oleh “Israel” ke kedutaan besarnya mengatakan bahwa penemuan tersebut menunjukkan bahwa Hamas bermaksud “menggunakan senjata kimia sebagai bagian dari serangan teror terhadap warga sipil” dan bahwa mereka diperintahkan, “untuk melakukan serangan dengan cara yang sama seperti yang coba dilakukan ISIS. ”
“Israel” telah berulang kali menyamakan Hamas dengan ISIS, sejak dua pekan lalu.
“Kekejaman yang dilakukan oleh Hamas sama dengan kekejaman yang dilakukan ISIS,” kata Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu dalam pidatonya tak lama setelah serangan tersebut.
“Anak-anak diikat dan dieksekusi bersama seluruh keluarganya, anak perempuan dan laki-laki ditembak dari belakang, dieksekusi, dan kekejaman lainnya yang tidak akan saya jelaskan di sini.”
Hamas bahkan mengibarkan bendera ISIS di beberapa Kibbutz yang selama serangan yang mereka lancarkan, menurut foto yang dirilis oleh tentara Angkatan Pertahanan “Israel”.
“Israel” juga telah membagikan informasi intelijen lain yang diduga ditemukan di jenazah pejuang Hamas, seperti rencana pertempuran untuk “membunuh orang sebanyak mungkin” dan menyandera saat mereka menyerbu dan membakar desa-desa sipil.
Beberapa dari rencana tersebut dilaporkan mencakup arahan khusus untuk menargetkan sekolah-sekolah yang menjadi tempat penculikan anak-anak dalam jumlah besar dan mengidentifikasi lokasi-lokasi di mana kemungkinan besar terdapat banyak orang seperti supermarket dan ruang makan.
“Israel” terlihat berupaya keras menyebar propaganda untuk meraih simpati ketika opini secara global menjauh dari dukungan terhadap mereka. Setelah mendekonstruksi kebohongan di setiap peristiwa untuk meraih dukungan, “Israel” berharap orang-orang akan percaya dengan apa yang mereka katakan dan berpihak kepada mereka. (zarahamala/arrahmah.id)