(Arrahmah.com) – Bissmillah..pesan berikut ini didedikasikan untuk semua ibu para mujahid, yang disampaikan oleh Abu Ibraheem, berasal dari Jerman, seorang mujahid Taliban di Waziristan, Uzbekistan, melalui sebuah video yang dirilis oleh Jundullah Media baru-baru ini yang berhasil diterjemahkan oleh Arrahmah.com, semoga pesan-pesan berikut ini dapat membuka hati dan semangat para ibu dan para orangtua umumnya, terkhusus ibunda yang putra putrinya pergi hijrah dan jihad fisabilillah.
***
Sebuah pesan dari tanah yang diberkahi, Tanah para syuhada..
Aku dedikasikan kata-kata ini ketika aku sedang Ribath, menghadapi musuh, di jalan Allah aku berjihad, untuk meninggikan kalimat-Nya.
Ibu…anakmu seorang mujahid.
“Ibu..tetaplah tabah”
Bissmillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahi Robbil’alamin wa sholatu wa salam ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa sohbihi ajma’in, amma ba’du.
Untuk ibuku…Untuk ibuku yang terhormat
Dan untuk semua ibu yang putra-putrinya hijrah fisabilillah
Kata-kata berikut ini adalah dari lubuk hatiku yang dalam, untuk ibu dan semua ibu. Maka bukalah hatimu untuk kata-kata yang datangnya dari hati.
Wahai ibu..setiap kali engkau mendengar telepon berdering, engkau segera menuju telepon sementara hatimu berdebar-debat, engkau segera menuju telepon itu dengan harapan untuk mendengar suara anakmu.
Wahai ibu..aku jauh, jauh dari dirimu untuk waktu yang lama, dahulu mungkin kau tak pernah merasakan ini, ketika aku absen dari rumah hanya satu atau dua hari. Tapi sekarang? Aku berpisah darimu sejak bertahun-tahun.
Ibu, Ketika aku memikirkanmu, kerinduan menyelimuti hatiku, aku mengingat kasih sayangmu, kesabaranmu, tentang cintamu kepadaku, hal-hal itu darimu yang membuatku mengetahui, membuatku merasakan bahwa engkaupun disana memikirkanku, “anakku..wahai dimana anakku?”, mungkin engkau menangis dalam kesedihan, mengangis dalam ketidakpastian, naluri keibuanmu menyebabkan kau menangis,”anakku..dimana ia? Di gunung manakah ia?, di gua manakah ia melalui malam?, pohon apakah yang menaunginya?, apakah sahabat-sahabatnya jujur kepadanya?” (mungkin engkau berpikir seperti itu)
Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut menyita perhatianmu, dimana matamu yang indah dipenuhi air mata. Aku rindu dekapanmu, aku rindu kehangatanmu, Ibu..aku merindukanmu..
Seorang anak merindukan ibunya, adalah fitrah dari Allah. Aku merindukan kelembutan tanganmu, yang lelah karena merawatku, engkau merasa lelah sehingga semua urusanku menjadi baik-baik saja, engkau tidak tidur sehingga aku tidur, engkau tidak makan sehingga aku makan, engkau menghilangkan rasa hausku, engkau menghapus air mataku, engkau adalah penyemangat dalam langkah pertamaku, engkau mengajariku untuk makan dengan tangan kanan, dan engkau memberitahuku “katakanlah bissmillah sebelum engkau makan, dan Alhamdulillah setelah engkau selesai”.
Ibu..aku merindukanmu..
Ibu..apakah engkau berpikir aku tidak mencintaimu?
Engkau berpikir aku tidak ingin melihatmu?
Aku akan memberikan apapun untuk memelukmu, bagaimana mungkin aku melupakan ibu seperti dirimu?, saat aku bicara, aku memiliki bayanganmu dalam benakku. Dalam pandanganku, engkau adalah perempuan tercantik, engkau memiliki senyum terindah, menyejukkan mata, matahari dalam hatiku, Ibu.. aku tidak melupakan apapun tentangmu!
Aku tidak melupakan apapun!
Aku tinggal di dalam perutmu selama sembilan bulan, saat lahir, aku tidak melupakan apapun! Dan tidak peduli dimanapun aku berada, aku berdo’a untukmu.
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al Qur’an 17:24)
Ibu..kata-kataku tidak dapat menggambarkan sebesar apa cintaku kepadamu. Pastinya, engkau bertanya terhadap dirimu sendiri, mengapa aku meninggalkanmu, ayah, teman-temanku, dan orang-orang di sekitarku.
Ibuku sayang..anakmu meninggalkanmu, dan engkau bertanya terhadap dirimu sendiri “mengapa”. Ibu..alasan mengapa aku meninggalkanmu, dengarlah ibuku sayang..karena anak-anak kecil yang polos tak berdosa, yang engkau lihat di televisi, sangat muda dan tak berdosa. Mereka di bom oleh orang-orang pembawa kerusakan. Orang-orang perusak yang hati mereka sepenuhnya kosong dari rasa kasih, mereka tidak membeda-bedakan (dalam menyerang), mereka membom seluruh kota dan desa, anak-anak, para wanita, dan para orangtua. Ibu..rumah-rumah sakit penuh sesak dengan jasad-jasad tak dikenali (hancur) karena senjata kimia mematikan, dan jumlah kematian meningkat dari hari ke hari. Ibu, bagaimana aku bisa tinggal diam melihat semua itu?
Ketika aku melihat tragedi di Palestina? Lebih dari 60 tahun dan situasi disana semakin memburuk dan memburuk. Ibu, ketika air matamu jatuh di pipimu, darah-darah dari para ibu mengalir di Jalur Gaza, pemandangan yang membuat hati-hati terenyuh. Ibu, bagaimana aku bisa tinggal diam? Saudara-saudari kita dalam keadaan membutuhkan pertolongan.
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”. (Al Qur’an 4:75)
Ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam setelah membaca surat dari ukhti Fatimah?, Fatimah dari Irak dan suratnya dari penjara Abu Ghuraib. Ia menulis dalam suratnya bahwa dalam satu hari, ia diperkosa oleh sembilan tentara salibis Amerika selama sembilan kali dalam sehari!
Ia menulis bahwa banyak muslimah yang menjadi hamil karena diperkosa, mereka harus menanggung anak hasil para binatang biadab!. Ibu, seorang muslimah, seorang yang suci, wanita dari ummat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam diperkosa dan dihinakan dan dijebloskan ke dalam sel. Seluruh dunia tahu bahwa pemandangan Abu Ghuraib dan apa yang pernah kita saksikan adalah penjara yang terkenal dengan kekejamannya. Ibu, bagaimana aku bisa tinggal diam? Ketika beribu-ribu saudara-saudariku di tahan di penjara-penjara musuh-musuh Allah, mereka dipukuli, dicambuk, dan disiksa!
Ibu..Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (Al Qur’an 49:10)
Tidak ada perbedaan diantara mereka, saudara-saudaraku yang sebenarnya, dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
“tidaklah beriman diantara kalian hingga kalian mencintai untuk saudara kalian apa yang kalian cintai untuk diri kalian sendiri”.
Ibu..hal pertama yang kau inginkan dan kau cintai untuk dirimu adalah untuk hidup dengan bebas. Apa tindakan kriminal mereka? Apa dosa-dosa mereka? Semua penyiksaan dilakukan hanya karena mereka beriman kepada yang Maha Perkasa,
“Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (Al Qur;an 85:8)
Melainkan karena mereka mengatakan, “Tuhanku adalah Allah”,
“Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: “Tuhanku ialah Allah” (Al Qur’an 40:28)
Mereka dibelenggu di sel-sel tahanan yang gelap, mereka berteriak meminta pertolongan, tetapi ummat ini sibuk, ummat sibuk dengan urusan duniawi, atau bahkan sibuk dengan ibadah, ummat pergi dan melupakan saudara-saudari mereka. Ibu..bayangkan, jika aku dalam tahanan sementara anak-anak dari ummat ini duduk-duduk di rumah dan tidur dalam belaian ibu mereka di tempat tidur yang nyaman.
Ibu.. bagaimana aku bisa tinggal diam dalam situasi semacam itu?
Para musyrikin menginjakkan kaki mereka di tanah-tanah berkah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Mereka mengisi tank-tank mereka dan pesawat-pesawat tempur untuk membom saudara-saudari kita di Irak, sementara disana (penguasa Arab -red), beberapa mil dimana orang-orang mencium batu Hajar al aswad (Makkah, Saudi Arabia), kau akan berpikir, “Ya Allah!”
Ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam? 50 negara menginvasi Afghanistan, haruskah aku tinggal bersama mereka (para penjajah)? Atau bahkan membayar pajak kepada mereka yang membunuh kaum muslimin?, ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam? Ketika aku mendapat kabar bahwa rezim Pakistan membunuh ratusan muslimah di Lal Masjid (Masjid merah).
Ibu..Allah Subhanu wa Ta’ala berfirman:
“Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalanghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.” (Al Qur’an 2:114).
Ratusan saudari kita dibunuh dan ummat ini tetap diam!. Ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam? Ketika komunis di Chechnya merenggut hijab dari kepala saudari-saudari kita!.
Ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam? Pergi bekerja, belajar, makan dan minum dengan enak, membeli pakaian baru? Sementara saudara-saudari kita di Nigeria berbuka puasa Ramadhan dengan daun-daun dari pohon.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda bahwa seorang wanita dimasukkan ke neraka karena ia mengikat seekor kucing dan tidak memberinya makan”.
Ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam? Ketika orang-orang kafir menginjak-injak Al Qur’an dan menghina Islam!. Ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam? Ketika Nabi kita tercinta ‘alaihi sholatu wa salam dihina.
Ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam? Ketika mereka (kafirin) menaruh simbol salib di atas masjid? Ibu..bagaimana aku bisa tinggal diam? Tolong beritahu aku.
Di seluruh dunia, tidak ada negara yang menerapkan hukum-hukum Allah, hukum dari yang Maha Mengetahui, Maha bijaksana. Sekarang di sini (di tanah para syuhada), ada hukum yang diberlakukan dengan hukum Tuhan semesta alam.
Orang-orang muslim diatur tetapi mereka tidak memerintah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia” (Al Qur’an 12:40)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
“Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya? (Al Qur’an 95:8)
Para Thaghut/para penguasa murtad di negara-negara sekuler mengambil musuh-musuh Islam sebagai teman-teman setia mereka dan sekutu-sekutu mereka dan mengubah hukum Allah dengan hukum-hukum buatan orang kafir. Mereka menyatakan yang halal menjadi haram dan yang haram menjadi halal. Alkohol (minuman keras), club malam, perzinahan, dsb.
Mereka memerintahkan kemungkaran dan melarang kebaikan. Para munafiqun melawan Islam dan ummat muslim tidak menyadarinya!
Ibuku yang terhormat, bagaimana aku bisa tinggal diam, disaat Jihad telah menjadi Fardhul ‘ayn, dimana Jihad adalah kewajiban. Ibu..jika aku tetap diam, bukan hanya pengabaian terhadap Islam, dan situasi kaum muslimin, tetapi lebih dari itu (pada hakikatnya) pengabaian terhadap hari akhir (kiamat), ketika Allah akan menanyaiku apa yang aku telah lakukan disaat melihat situasi saudara-saudariku dan apa yang telah aku lakukan disaat orang-orang Yahudi mengambil alih kiblat pertama Sholat ummat Muslim (Al Aqsa), maka dari itu aku pergi (berjihad), bertawakkal kepada Allah, untuk mempersiapkan diriku dengan amal-amal shalih untuk memberi jawaban kepada Allah. Demi Allah..aku tidak akan tinggal diam ketika ummat ini memanggilku dengan mengucapkan firman Allah,
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”. (Al Qur’an 4:75)
Ibu..aku berpisah darimu untuk sementara waktu dan waktu akan berlalu, tempat bertemu kita di Surga nanti (insya Allah), yang lebarnya seluas langit dan bumi, yang belum pernah dilihat oleh mata, dan belum pernah didengar oleh oleh telinga, dan tidak dapat dibayangkan oleh angan, misik, za fa ran, mutiara, permata, sungai madu, susu, dan anggur, buah-buahan yang enak rasanya, kesenangan selamanya. Ibu, di salah satu istanaku, aku akan mengunjungimu insya Allah dan mengetuk pintumu, sebuah perkumpulan kembali di tempat yang jauh lebih baik dari dunia ini, kehidupan tanpa dukacita, kehidupan tanpa akhir, segalah puji bagi Allah.
“mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah Sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Al Qur’an 3:136)
Ibu..hidup di dunia ini, hanya sementara dan hina, hina bagi siapa saja yang puas akannya.
“ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al Qur’an 57:20)
Tempat kita sebenarnya adalah akhirat, di tempat keabadian. Hidup di dunia ini hanyalah ilusi.
“Hai manusia, Sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (Al Qur’an 35:5)
Ibu..janganlah khawatir akan perpisahan kita, bersedihlah akan situasi saudarai-saudari kita, bersedihlah akan anak-anak yatim-piatu dan para janda, bersedihlah akan Al Aqsa. Ibu, jangan khawatir tentangku, jika engkau hendak khawatir tentangku, maka hanya untuk satu alasan: Apkah aku akan masuk surga atau neraka.
Seperti Ummu Rubayyi’ ibunda Haritsah bin Suraqah radiallahu ‘anhu yang telah syahid pada saat perang Badr. Ia datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dalam keadaan menangis dan berkata, “Ya Rasulullah beritahu aku keadaan Haritsah, dimana ia? jika ia berada di Surga, aku akan bersabar atas kehilangannya, jika ia tidak disana, aku akan meratapinya,” Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Wahai ibu Haritsah, di surga terdapat taman yang banyak dan putramu berada di Al-Firdaus Al-A’la (surga tertinggi)”. HR. Buhkari
Ibu, dan semua ibu yang anak-anaknya berada di jalan kebenaran, di jalan yang akan membawa kembali kejayaan Islam dan kaum muslimin, berbanggalah, dan kepada para ayah terhormat, para orangtua yang terhormat (yang menganggap jalan jihad adalah salah), jika kalian berpikir jalan kami salah, bahwa kami telah mempermalukan kalian, bahwa kami telah menyakiti kalian, bahwa kami telah menghancurkan keluarga, bahwa kami (dalam pandangan kalian) hijrah dan jihad kami adalah sebuah bencana, aku harus memberitahu kalian, “Jangan menyalahkan kami!”
Salahkanlah diri kalian sendiri, pemikiran-pemikiran tersebut datang karena kalian jauh dari Agama Allah walillahil hamd, dan tidak menigkuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Ada beberapa alasan mengapa kalian jauh dari dien ini, salah satunya adalah karena kalian tinggal di negara-negara kafir, orang-orang yang sepenuhnya jauh dari Agama Allah dan kalian hidup dibawah pengaruh pemerintahan Tahghut, yang menganggap diri Islam tetapi tidak hidup dengan Islam yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah bawa kepada seluruh ummat manusia. Para orangtua yang terhormat, kalian berkata bahwa kami telah dicuci otaknya, Subhalallah!
Para orangtua yang terhormat, lihatlah hidup kalian: apa yang kalian tonton? Apa yang kalian baca? Siapa teman-teman kalian, tetangga-tetangga dan dengan apa-apa yang membuat kalian sibuk untuk menggapai cita-cita kalian. Lihatlah hidup kalian dan bandingkan dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, dan kemudian tanyakan kembali kepada diri-diri kalian, siapa yang sebeneranya telah dicuci otaknya?!. Para orangtua yang terhormat, periksalah keimanan kalian dengan ujian ini dan mendekatlah kepada Allah.
“janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (Al Qur’an 3:139)
Teruntuk ibu, dan para ibu yang terhormat, dari Timur hingga Barat di dunia ini, apakah kalian mengetahui kisah tentang Ummu Ibrahim seorang yang berbudi luhur? Jadi bukalah hati kalian sebelum membuka telinga kalian. Ummu Ibrahim Al Hashimiyah, seorang hamba yang berbudi luhur dari Basra. Ketika itu musuh-musuh Islam menyerang kota-kota kaum muslimin, para musuh berbaris (siap menyerang), maka dikumandangkanlah “Hayya ‘ala al jihad!” (Marilah kita berjihad).
Kaum muslimin mendukung dan bergabung untuk jihad, seorang ulama dan mujahid Abdul Ibn Zaid Al-Basri, menyampaikan Khutbah untuk menyemangati jihad, seperti yang diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Abdul Wahid berkhotbah di jalan-jalan dan Ummu Ibrahim berada disana, Abdul Wahid yang juga dipanggil (Ab Ubayd), mengingatkan ummat akan kewajiban mereka dan akan besarnya pahala bagi orang-orang yang berjihad, dan ia menggambarkan sosok bidadari yang digambarkan dalam Al Qu’an dan As Sunnah dan kemudian membuat syair tentang mereka.
Ummat muslim terkagum-kagum dan memandang satu sama lain, mereka bangkit dan bergairah di dalam hati-hati mereka, Ummu Ibrahim berdiri dan mendatangi Abu Ubayd dna berkata, “Wahai Abu Ubayd, Wahai Abu Ubayd, engkau tahu anakku Ibrahim? Para pria terhormat di Bassra menawarkan putri-putri mereka, tetapi aku pikir Ibrahim terlalu baik untuk mereka, tetapi demi Allah, aku menyukai gadis yang engkau gambarkan, aku akan sangat bahagia untuk menikahakannya dengan anakku, wahai Abu Ubayd kumohon gambarkan lagi tentangnya”, Abu Ubayd membacakan sebuah syair, dan ummat terkagum-kagum.
Ummu Ibrahim berdiri kembali dan mendatangi Abu Ubayd, “Wahai Abu Ubayd, demi Allah aku sepenuhnya yakin dengan gadis tersebut, aku ingin ia menjadi pengantin untuknya (Ibrahim), aku mohon kepadamu Abu Ubayd, biarkan anakku menikahinya, aku memiliki 10.000 dinar dirumah dan akan mengambilnya sebagai mahar, dan meneyrahkan Ibrahim bersamamu dalam Jihad, sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkaruniakan kesyahidan, dan semoga menjadi syafa’at bagi ku dan ayahnya di hari kiamat”, Abu Ubayd berkata, “wahai Ummu Ibrahim, jika engkau berkeinginan demikian, itu akan menjadi keberhasilan agung untukmu, ibrahim dan ayahnya, demi Allah itu adalah keberhasilan yang agung”.
Kemudian, Ummu Ibrahim memanggil anaknya dari kerumunan ummat, Ibrahim mengatakan, “Labbayk ya Umma (aku disini wahai ibu)”. Ummu Ibrahim bertanya kepada Ibrahim, “anakku, apakah engkau senang untuk menikahi gadis itu (bidadari)? Dengan syarat engkau korbankan jiwamu dalam jihad?”, Ibrahim menjawab, “demi Allah, aku akan sangat senang”. Ummu Ibrahim berdo’a kepada Allah, “Ya Allah, engakulah saksiku, bahwa aku menikahkan anakku dengan gadis itu (bidadari), jika ia korbankan jiwanya dalam jihad dan tak pernah kembali, maka terimalah ia Ya Rahman Ar rahiim“. Setelah berdo’a, kemudian ia bergegas pulang ke rumahnya dan kembali dengan 10.000 dinar, ia membelikan Ibarahim seekor kuda baru dan sebuah senjata yang bagus. Masha Allah!
Wahai ibu, lihatlah wanita ini dan perannya. Lihatlah peran pentingnya yang seorang muslimah dapat lakukan.
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (Al Qur’an 9:111)
Ummu Ibrahim datang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada anaknya, “anakku aku memperingatkanmu, anakku aku memperingatkanmu, jangan lalai dan berikan yang terbaik di dalam pertempuran”, ia memberi Ibrahim kain kafan dan mencium keningnya dan berkata, “wahai anakku, semoga Allah tidak akan mempersatukan kita kecuali diantara tangannya Jalla Fi Ula di hari kiamat”.
Para mujahidin memulai barisan jihad mereka. Kemudian Abdul Wahid mengabarkan, “kami telah mencapai wilayah musuh dan menhadapi mereka dan Ibrahim berada di barisan terdepan, ia bertawakkal kepada Allah, menunggu dua hadiah, KEMENANGAN ATAU KESYAHIDAN!, ia menyerang para musuh dan membunuh banyak dari mereka, ia adalah duri bagi daging-daging para musuh”, itu merupakan keinginan terakhir ibunya (semoga Allah tidak akan mempersatukan kita kecuali diantara tangannya Jalla Fi Ula di hari kiamat), itu adalah buah dari upaya kebajikan ibunya. Ibrahim naik dan turun merusak musuh. Musuh melihat keberanian anak muda ini, mereka merasa harus mengambil tindakan karena kewalahan dengan Ibrahim dan mereka membunuhnya. Ibrahim, meninggal sebagai syahid!.
Abdul Wahid mengabarkan, “kami kembali ke Basra”, ummat menyambut pasukan mujahidin dan diantara mereka ada Ummu Ibrahim, ia berkata, “wahai Abu Ubayd, jika Allah menerima hadiahku, maka berikan selamat kepadaku, jika tidak, kasihinilah aku”. Abdul Wahid berkata, “Bushra, Bushra, demi Allah!, Allah menerima hadiahmu dan Ibrahim tetap hidup, Ibrahim diantara para syuhada”.
“mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah Sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (Al Qur’an 3:169)
Kemudian, Ummu Ibrahim bersujud untuk bersyukur kepada Allah dan mengatakan “Alhamdulillah”.
Di hari berikutnya ia mendatangi masjid dan berkata, “Bushra, Bushra, wahai Abu Ubayd!, aku melihat anakku di dalam mimpi kemarin malam, ia berada di taman yang hijau dengan menara hijau, bersandar pada kasur yang terbuat dari mutiara putih, dengan mahkota di kepalanya, ia berkata kepadaku, “mahar telah diterima dan kami merayakan pernikahan”.
Ibu..tetaplah tabah, anakmu berada di jalan jihad. Ibu..disini para musuh telah datang, musuhmu dan musuhku, 50 bangsa menyerang tanah ini, dan bersama mujahidin aku mengangkat senjataku melawan mereka, dan kami berharap kepada Allah untuk membiarkan kami menjadi duri di dalam daging-daging para penindas, mereka akan menemukan kami keras (terhadap mereka) selama darah masih mengalir di urat-urat nadi.
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Al Qur’an 48:29)
Ibuku sayang..seperti janji Ibrahim kepada ibunya, aku berjanji kepadamu bahwa aku akan memberikan yang terbaik tanpa kelalaian (insya Allah), tujuan kami telah dipahami oleh para sahabat dan musuh-musuh kita.
Ibuku tercinta, terhormat dan ibuku yang paling berharga, janganlah bersedih dan tetaplah angkat kepalamu (tabah), berbahagialah, kita hidup hampir di masa keemasan, dimana Allah Jalla Fi Ula, akan memenangkan kembali agamanya.
Ibuku sayang, jantung hatiku, maafkan aku, kelalaianku dan kesalahan-kesalahanku, berdo’alah untukku dan untuk ummat ini.
Jantung hatiku, pada perpisahan ini, aku ucapkan wa as salamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.
Do’a terakhir kami adalah Alhamdulillahi Robil ‘alamiin.
Abu Ibraheem
Semoga Allah memberkahinya dan mengkaruniakan kesyahidan kepadanya dan kepada seluruh mujahidin fisabilillah, Aamiin.
Ibu..bangga dan berbahagialah…anakmu seorang mujahid!
(siraaj/arrahmah.com)