DAMASKUS (Arrahmah.com) – Rezim brutal Alawiyah pimpinan Assad berada di balik sepasang serangan bom mobil yang menewaskan sedikitnya 55 warga sipil di luar sebuah kompleks intelijen di daerah Qazzaz, Damaskus pada 10 Mei, ungkap sebuah dokumen yang bocor yang diperoleh oleh Al Arabiya.
Dokumen tersebut merupakan bagian dari beberapa dokumen keamanan yang sangat rahasia milik rezim Suriah yang diperoleh Al Arabiya dari sumber oposisi. Al Arabiya mengatakan bahwa mereka telah menerima ratusan dokumen otentik dan telah memutuskan hanya mengungkapkan dokumen dengan nilai berita yang besar dan memiliki relevansi politik.
Pemboman Qazzaz
Setelah serangan bom kembar di pemukiman Qazzaz, Damaskus, Menteri Luar Negeri rezim Suriah mengatakan serangan itu merupakan tanda bahwa negara itu menghadapi serangan “teroris asing”. Liga Arab, di sisi lain menyatakan bahwa serangan itu dimaksudkan untuk melemahkan misi pengawasan PBB di negara itu yang kemudian dipimpin oleh utusan khusus, Kofi Annan.
Namun, dokumen yang bocor mengungkapkan bahwa rezim Suriah berada di balik ledakan mematikan di Qazzaz.
Dalam sebuah dokumen yang dikirim dari istana presiden pada 8 Mei, dua hari sebelum serangan diluncurkan, Mayjen Dhu al-Himma Shalis, kepala Keamanan Khusus Presiden Suriah, menunjuk Saqr Mannon, Kepala Intelijen Angkatan Udara Cabang-291, mengatakan kepadanya tentang kebutuhan untuk meyakini opini publik internasiolan mengenai keberadaan “teroris” di negara ini.
Shalish mengatakan bahwa perintahnya mengikuti instruksi dari Komando Gabungan, mungkin mengacu pada Iran, Rusia dan rezim Suriah.
Shalis menindaklanjuti perintah dengan menggambarkan kepada Mannon langkah yang diperlukan untuk ledakan mendatang.
Mayor Jenderal menunjukkan bahwa ia bertindak dengan perintah langsung dari Bashar al-Assad.
Sebuah dokumen kedua yang bocor, kali ini ditandatangani oleh Saqr Mannon dan dikirim dari markas Angkatan Udara dan Angkatan Darat, memerintahkan Suhail Hassal, kolonel Intelijen Angkatan Udara, untuk melaksanakan ledakan Qazzaz, dan melaporkan kembali setelah misi tercapai.
Menurut dokumen itu, Assad mengorbankan ratusan warga dan pasukan keamanan berpangkat rendah untuk meyakinkan opini publik internasional bahwa “teroris” telah menyusup ke dalam wilayah Suriah dan mulai melakukan operasi. (haninmazaya/arrahmah.com)