Ternyata, banyak negara-negara Eropa yang tahu tentang keberadaan penjara-penjara rahasia AS yang dioperasikan di Eropa. Negara-negara itu bahkan dengan sengaja membantu AS memindahkan para tahanan ke penjara-penjara rahasia tadi.
Hal tersebut terungkap dalam laporan terkait tindakan CIA memanfaatkan negara-negara anggota Uni Eropa sebagai perlintasan dan tempat penahanan ilegal. Laporan yang disusun oleh Claudio Fava itu menyebutkan,”Banyak negara yang secara pasif maupun aktif bekerjasama dengan CIA. Mereka semua tahu.”
Bahkan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Javier Solana yang selama ini mengabaikan dan menolak tim penyelidik, menurut laporan itu, sebenarnya tahu operasi yang dilakukan CIA di Eropa.
Draft yang dipresentasikan ke komite khusus dewan Uni Eropa yang menyelidiki kasus penculikan dan penjara rahasia CIA di Eropa ini senada dengan tudingan lembaga hak asasi manusia Uni Eropa yang mengatakan bahwa negara-negara Eropa terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan AS dalam “perang melawan terorisme” yang dicanangkan Presiden George W. Bush.
“Sedikitnya 1.245 pesawat yang dioperasikan oleh CIA terbang melintasi wilayah udara Eropa dan berhenti di bandara-bandara di Eropa,” demikian bunyi laporan tersebut.
Laporan itu juga menyerukan agar negara-negara Eropa yang bersangkutan melakukan penyelidikan secara terpisah, apakah aparat keamanan nasional mereka terlibat dan apakah otoritas pemerintahan negara yang bersangkutan telah melanggar undang-undang hak asasi manusia Uni Eropa.
Disebutkan dalam laporan itu, 11 negara Uni Eropa antara lain Inggris, Polandia, Jerman, Italia, Swedia, Austria, Irlandia, Spanyol, Portugal, Yunani dan Siprus, mengetahui langkah-langkah melawan terorisme yang dilakukan secara rahasia oleh pemerintah AS di kawasan Eropa.
Komite, tulis laporan itu, telah mendapatkan “bukti-bukti serius” yang menunjukkan bahwa Polandia telah menjadi tempat rahasia sementara pusat tahanan CIA.
Sebelum dilakukan penyelidikan, tidak ada satupun negara anggota Uni Eropa yang mengakui adanya kebijakan rahasia anti terorisme yang dilakukan di Eropa. Bahkan, menurut Fava,”Hampir semua anggota Uni Eropa kecuali Jerman dan Spanyol, menolak bekerjasama penuh atas penyelidikan ini.”
Komisaris Uni Eropa bidang hukum dan urusan dalam negeri, Franco Frattini sudah mengingatkan pemerintahan negara-negara Eropa bahwa jika mereka terbukti tahu program CIA itu, maka mereka akan menghadapi tuntutan hukum atas tuduhan pelanggaran terhadap aturan hukum Uni Eropa.
Laporan hasil penyelidikan juga menyebutkan bahwa mantan kepala intelijen Italia, SISMI telah “menyembunyikan kebenaran” karena telah mengatakan bahwa agen-agen intelejen Italia tidak ikut ambil bagian dalam penculikan seorang ulama Mesir yang dilakukan CIA pada tahun 2003.
Kenyataannya, sejumlah agen SISMI berperan aktif dalam penculikan Abu Omar dari Italia, dan CIA secara terus menerus memberikan informasi pada otoritas Italia soal penahanan Abu Omar selanjutnya di Mesir. Disebutkan, selama penculikan itu, Abu Omar mengalami penyiksaan dan tidak boleh berkomunikasi dengan dunia luar.
Bagaimana dengan AS, biang keladi dari semua aksi teror itu? Presiden George W. Bush pada bulan September mengakui bahwa CIA telah menahan sejumlah tersangka “teroris tingkat tinggi” di lokasi-lokasi rahasia di luar AS.
Laporan komite khusus Eropa itu adalah hasil kerja keras anggota komite selama enam bulan. mencari bukti-bukti dari sekitar 130 orang termasuk para pejabat pemerintahan negara-negara Uni Eropa, agen-agen rahasia, hakim-hakim, pengacara, wartawan dan perwakilan LSM.
Draft laporan yang digelar hari Selasa (28/11) mengeluhkan sikap sejumlah negara yang tidak kooperatif dengan tim penyelidik. Misalnya negara Rumania dan Polandia. (ln/aljz/eramuslim)