WASHINGTON (Arrahmah.com) – Militer AS tengah mengembangkan perangkat lunak yang akan membiarkannya secara diam-diam memanipulasi media sosial menggunakan persona online palsu yang dirancang untuk mempengaruhi percakapan internet dan menyebarkan propaganda pro-amerika.
Sebuah perusahaan California telah mendapatkan kontrak denngan Komando Sentral AS (CENTCOM) untuk mengembangkan apa yang digambarkan sebagai “jasa manajemen persona online” yang akan memungkinkan seseorang dapat mengontrol hinggal 10 identitas terpisah sekaligus.
Kontrak menetapkan masing-masing persona harus memiliki latar belakang sejarah dan rincian pendukung, dan bahwa sampai 50 pengontrol harus mampu mengoperasikan identitas palsu dari tempat kerja mereka tanpa takut ditemukan oleh “musuh canggih”.
Proyek ini sama seperti upaya Cina untuk mengontrol dan membatasi kebebasan berbicara di internet.
Kontrak Centcom mensyaratkan penyediaan satu “virtual private server” di AS dan delapan yang berada di luar Amerika Serikat untuk memberikan kesan bahwa persona palsu adalah orang yang nyata yang terletak di berbagai belahan dunia.
Setelah mengembangkan perangkat lunak yang memungkinkan personil AS bekerja selama berjam-jam di satu lokasi, untuk merespon munculnya percakapan online dengan sejumlah blogspot, tweets, retweets, chatroom dan intervensi lainnya. Rincian kontrak menyarankan lokasi sebaiknya di pangkalan udara dekat Tampa, Florida, rumah bagi Komando Operasi Khusus AS.
Jurubicara Centcom, Komandan Bill mengklaim bahwa “teknologi ini untuk mendukung diklasifikasikannya kegiatan blogging di website berbahasa asing untuk memungkinkan Centcom untuk melawan kekerasan ‘ekstrimis’ dan propaganda musuh di luar AS”.
Dia mengatakan tidak ada intervensi dalam bahasa Inggris, karena akan melanggar hukum untuk “alamat khalayak AS” dengan teknologi tersebut. Bahasa di mana intervensi dilakkan meliputi bahawa Arab, Persia, Urdu dan Pashto.
Kontrak beberapa personal diperkirakan telah diberikan sebagai bagian dari program yang disebut Operation Earnest voice (OEV) yang pertama kali dikembangkan di Irak sebagai senjata perang psikologis terhadap kehadiran online pendukung Al Qaeda dan lainnya melawan pasukan salibis koalisi. Sejak itu OEV dilaporkan telah berkembang hingga 200 miliar USD menjadi program dan diduga telah digunakan terhadap pelaku jihad di Pakistan, Afghanistan dan Timur Tengah.
OEV dilihat oleh komandan senior AS sebagai program vital kontra-terorisme dan kontra-radikalisasi. Dalam bukti-bukti kepada komite angkatan bersenjata Senat AS tahun lalu, Jenderal David Petraeus, kemudian komandan Centcom, menggambarkan operasi sebagai upaya “kontra ideologi ekstrimis dan propaganda dan untuk memastikan bahwa suara kredibel di wilayah didengar”. Dia mengatakan tujuan militer AS adalah untuk menjadi “pertama dengan kebenaran”. (haninmazaya/arrahmah.com)