PALESTINA (Arrahmah.com) – Pasukan penjajah “Israel” menggunakan sejumlah agen yang menyamar untuk mengumpulkan informasi intelijen mengenai warga Palestina menjelang pelaksanaan operasi penangkapan dan operasi militer, atau secara diam-diam memburu warga Palestina di seluruh tempat tinggal mereka, lansir MEMO pada Senin (17/3/2014).
Informasi tentang pasukan intel mereka masih rahasia, namun kebocoran oleh mantan pegawai mereka kepada media massa mengungkapkan beberapa informasi tentang mereka dan tentang teknik pekerjaan mereka.
Ada beberapa unit yang menyamar, setiap layanan keamanan “Israel” memiliki salah satu unit. Mereka meniru gaya berpakaian dan berbicara seperti Muslim Palestina, di setiap operasi “Israel”, pasukan-pasukan itu bercampur dengan orang Muslim dan mengambil bagian dalam operasi. Mereka memberikan informasi, melacak individu, menculik atau membunuh orang Palestina.
Selama pelatihan mereka, mereka belajar bagaimana untuk menguasai aksen yang berbeda dari kota-kota Muslim, desa dan Badui dan mempelajari tradisi suku-suku yang berbeda.
Unit tersebut bekerja di Jalur Gaza selama Intifadah pertama dan membantu meruntuhkan banyak perjuangan para pemuda Palestina yang melakukan protes atau melempar batu. Pada Intifada kedua, mereka mengacaukan banyak serangan yang dilancarkan oleh kelompok bersenjata Palestina.
Setelah pelepasan “Israel” dari Jalur Gaza, mereka sekarang terkonsentrasi di Tepi Barat dan Al-Quds Timur. Mereka tersebar di daerah-daerah padat penduduk di antara Muslim Palestina. Namun, mereka diam-diam melaksanakan misi mereka, terkadang secara terang-terangan. Mereka dapat melakukannya karena mereka bersenjata hampir sepanjang waktu.
Mereka bekerja sangat keras dengan Shabak “Israel” dan penjaga perbatasan. Setiap orang di unit-unit itu menjalani 16 bulan pelatihan berat dan rahasia, termasuk pertempuran gerilya dan teknik pertarungan maju lainnya.
Para analis dan pakar dalam urusan “Israel” menyatakan bahwa unit-unit itu memainkan peran utama dalam mengurangi persentase operasi anti-“Israel” di kota-kota “Israel”.
Para pakar menyebut orang yang bertugas di unit-unit itu sebagai “mesin militer bergerak” dan mengatakan bahwa mereka mengorbankan banyak kehidupan pribadi mereka dengan melanjutkan “skema kehidupan ganda” untuk menjaga misi mereka. (banan/arrahmah.com)