PALU (Arrahmah.com) – Puluhan anak tewas setelah terkubur oleh longsoran lumpur yang melanda gereja mereka selama bencana gempa-tsunami di wilayah Sigi, dengan lebih dari 50 orang lainnya masih menghilang.
Tim penyelamat menemukan mayat 34 anak yang terkubur di tanah longsong, ujar juru bicara Palang Merah Indonesia, Aulia Arriani kepada AFP pada Selasa (2/10/2018).
“Sebanyak 34 mayat ditemukan oleh tim,” ujar Arriani, menambahkan 86 pelajar awalnya dilaporkan hilang dari Pusat Pelatihan Alkitab di desa Jonooge, kecamatan Sigi Biromaru.
Petugas mengalami kesulitan saat akan mengevakuasi korban.
“Masalah yang paling menantang yakni akses menuju lokasi yang sulit. Kami harus berjalan kaki selama satu setengah jam sambil membawa jenazah ke ambulans,” ujarnya.
Juru bicara PMI lainnya Ridwan Sobri mengungkapkan, kondisi lumpur di daerah itu begitu parah. Kendaraan tak bisa melintas sehingga harus berjalan kaki sejauh 1,5 jam untuk mencapai area bencana dan mengevakuasi para korban jiwa.
“Identitas dan usia para pelajar belum dapat dikonfirmasi,” kata Sobri.
Diketahui, awalnya PMI mendapat laporan hilangnya 86 pelajar saat mengikuti acara pendalaman Alkitab di Gereja Jonooge. Belum diketahui korban tewas sejumlah 34 yang ditemukan di bawah reruntuhan gereja merupakan bagian dari 86 pelajar yang dilaporkan hilang tersebut.
Sekitar 1.700 rumah di satu lingkungan di Palu telah tertelan tanah, dengan ratusan orang diyakini terkubur di dalamnya, ujar BNPB.
Ada juga kekhawatiran yang meningkat di Donggala, sebuah wilayah dengan penduduk sekitar 300.000 orang di utara Palu, dan dekat dengan pusat gempa. Laporan awal dari tim Palang Merah yang telah mencapai pinggiran Donggala sangat mengerikan.
“Situasi di daerah yang terkena bencana adalah mimpi buruk,” ujar Jan Gefand, kepala Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) di Jakarta dalam sebuah pernyataan.
“Kota Palu telah hancur dan laporan pertama dari Donggala menunjukkan bahwa wilayah dihantam sangat keras oleh bencana ganda,” ujar Gelfand.
Sejauh ini hampir 20.000 orang telah mengungsi dan sangat membutuhkan bantuan, sementara ribuan orang telah pergi keluar dari daerah-daerah yang terkena bencana. (haninmazaya/arrahmah.com)