(Arrahmah.id) – Abu Ubaidah sudah sangat dikenal. Adapun Abu Hamzah perlu sedikit kita kenalkan. Abu Hamzah sama dengan Abu Ubaidah secara posisi yaitu juru bicara militer. Bedanya Abu Ubaidah jubir Brigade Al-Qassam, sementara Abu Hamzah jubir Brigade Saraya Al-Quds. Keduanya adalah kelompok militer terbesar di Gaza.
Al-Qassam adalah sayap militer Hamas, sementara Saraya Al-Quds adalah sayap militer Al-Jihad Al-Islami atau dikenal juga dengan nama Jihad Islami.
Mungkin banyak yang penasaran tentang bedanya Hamas dengan Al-Jihad Islami. Berikut kalimat salah satu pendiri Al-Jihad Al Islami; Ramadhan Abdullah Syalah yang kepalanya pernah dihargai 5 juta US Dollar oleh FBI dan MI6:
“Kami gerakan Al-Jihad Al-Islami dan Hamas keluar dari satu rahim yang sama yaitu rahim gerakan Islami Sunni Wasathi yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan Al-Banna.”
Sesungguhnya ada jubir-jubir lain dari kelompok-kelompok pejuang lain. Tapi di perang ini jubir yang muncul hanya dua orang ini. Dan menarik jika anda mencoba membandingkan kalimat-kalimat dan susul menyusulnya kemunculan kedua jubir tersebut.
Di tulisan ini, hanya ingin membandingkan sebuah tema penting yang kembali digemakan dengan besar sebagai tanda kekalahan “Israel”, yaitu penukaran tawanan.
Berikut kalimat terbaru dari kedua jubir tentang penukaran tawanan, silakan diamati:
Abu Ubaidah,
“Di masa penghentian perang sementara telah membuktikan kebenaran dan detail kemampuan kami dalam perang ini. Di sisi lain membuktikan kebohongan para pemimpin, jubir militer dan para politisi musuh. Juga membuktikan bahwa tidak akan pernah ada satu pun tawanan ‘Israel’ yang keluar kecuali dengan pertukaran tawanan bersyarat sebagaimana yang telah kami umumkan sejak awal perang. Sebagaimana telah diketahui juga oleh musuh dan negara penengah, kebenaran kalimat kami tentang matinya banyak tawanan mereka disebabkan oleh serangan brutal dan buas terhadap tawanan yang ada di kami baik laki ataupun perempuan, sebagaimana diketahui oleh musuh dan teman tentang baiknya perlakuan kami terhadap tawanan, di sisi lain mereka memperlakukan tawanan dengan cara kejam dan sadis yang menunjukkan mental kalah dan hina dari pihak si dungu Ben Gvir (menteri keamanan nasional ‘Israel’) dan para pemimpin lainnya.
Karenanya kami katakan kepada masyarakat musuh, pemimpin mereka dan siapa pun di seluruh dunia: tidak ada satu pun baik musuh yang fasis ataupun para pemimpin yang arogan; penjahat kerdil Netanyahu, si tua pikun Galant dan para pendukung yang menangis dari kalangan zionis White House, tidak ada yang bisa mengambil tawanan mereka dalam keadaan hidup kecuali dengan pertukaran tawanan bersyarat dari para pejuang dan Al-Qassam.
Mereka gagal melakukan operasi pembebasan tawanan dua hari lalu. Perang ini dan perang-perang sebelumnya dalam sejarah perjuangan kami menegaskan hal tersebut. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.”
Abu Hamzah,
“Untuk seluruh masyarakat zionis dan seluruh tawanan ‘Israel’ di Gaza, dengarkan baik-baik: Dajjal dungu Netanyahu sangat tahu nasibnya setelah perang. Terserah kalian, mau kalian adili dia atau kalian penjarakan atau kalian bunuh. Karenanya dia berusaha terus untuk memperpanjang dan memainkan semua ini, dengan tujuan utama agar tetap berada di kursi kepemimpinan. Tapi tanpa diragukan lagi, harganya adalah hidup anak-anak kalian.
Di sini kami pastikan, para tawanan baik sipil ataupun militer yang ada di tangan kami, tidak akan keluar dari kami kecuali satu dari dua kemungkinan:
– Mati karena serbuan tentara zionis sendiri dan upaya pembebasan tawanan yang bodoh
– Atau berhasil pulang tapi melalui jalan tukar tawanan tak langsung dan bersyarat penghentian penyerangan.
Andai seluruh dunia bersatu -dan memang telah bersatu- untuk membebaskan tawanan, mereka tidak akan pernah bisa membebaskan walau hanya satu tawanan, dengan izin Allah.”
Kini kita dengarkan analisa Boulbaba Salem pengamat dan pakar strategi dan politik dari Tunisia,
“Sekarang apa yang diinginkan Al-Qassam dan para pejuang lain tentang pembebasan tawanan? Mereka memberi syarat agar seluruh penjara ‘Israel’ dibersihkan dari tawanan Palestina. Tentu ada syarat lain: mereka harus membangun kembali Gaza. Syarat-syarat seperti ini wajar diberikan oleh sang pemenang.
Perang sesungguhnya justru tentang pembebasan tawanan ‘Israel’ dari kalangan militer; para komandan dan jenderal. Al-Qassam menawan para perwira militer dan intelijen ‘Israel’ dengan pangkat tinggi. Mereka pasti menjadi pundi-pundi informasi. Maka para pejuang akan memberi beberapa syarat:
– Pengosongan seluruh penjara ‘Israel’ dari tawanan Palestina
– Membangun kembali Gaza
– Pendirian Negara Palestina”
Dan hari ini, zionis penjajah tersesat dan pusing di antara kalimat Abu Ubaidah dan Abu Hamzah.”
Dan akhirnya Boulbaba Salem menegaskan,
“‘Israel’ tanpa Amerika bukan apa-apa. Andai ‘Israel’ dibiarkan sendiri, para pejuang Gaza akan sampai Tel Aviv!”
Apa analisa dan keyakinan teman-teman?
Barokalloh fikum
Dilansir dari akun Telegram Budi Ashari Official pada Rabu (13/11/2023)
(Rafa/arrahmah.id)