IDLIB (Arrahmah.com) – Mengutip publikasi Kiblat.net pada Rabu (10/9/2014), beberapa hasil analisa forensik di TKP (tempat kejadian perkara) dan otopsi korban menunjukkan pembunuhan terhadap sejumlah pemimpin Ahrar Syam dilakukan sangat profesional dan terencana. Modus dari operasi tersebut adalah guna membasmi Ahrar Syam di lapangan.
Dari segi TKP, menurut sumber yang dekat dengan Gerakan Ahrar Syam, seperti dilansir Zamanul Wasl, markas pertemuan itu bertempat di ruang bawah tanah. Ruang ini dinamai Titik Nol (paling aman). Ini merupakan tempat pertemuan yang biasanya dipakai hanya untuk Dewan Syura Gerakan, yang meliputi sejumlah komandan batalion dan dewan syuro Ahrar Syam.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Khalid Sya’ban, Pemimpin Redaksi Radio Suara Beirut, yang saat ini berada di Suriah, “Perkumpulan Ahrar Syam dilakukan sangat rahasia, di [dalam sebuah] bunker. Tidak ada orang biasa bisa masuk ke tempat perkumpulan rahasia ini.”
Wilayah Ram Hamdan, wilayah pedesaan Idlib Utara adalah wilayah kekuasaan Ahrar Syam. Perlu diingat pula bahwa konstruksi bangunan di Idlib, Aleppo, Lattakia dan lainnya secara umum merupakan bangunan bertingkat dan memiliki ruang bawah tanah yang relatif aman dari bom birmil maupun serangan lainnya.
Dari segi motif pembunuhan dan kemungkinan pelaku, Khalid Sya’ban menduga mereka dibunuh setelah Ahrar Syam menolak masuk ke aliansi yang mendukung barat dan jaringan intelijen negara-negara Arab yang bertujuan membuat rekonsiliasi dengan Assad.
Sebagaimana yang diungkapkan Khalid pada akun witternya, “operasi pembunuhan para pemimpin Ahrar Syam tujuannya adalah membasmi Gerakan, setelah menolak masuk dalam aliansi yang didukung barat dan jaringan intelijen ngara-negara Arab yang hendak membuat kemungkinan rekonsiliasi dengan Assad.”
Saat ini, barat ingin membentuk membuat aliansi faksi-faksi yang dianggap moderat dalam upaya memerangi “ekstremis” di Suriah, seperti Jabhah Nusrah. Terlebih, akhir-akhir ini Jabhah Nusrah mengalami beberapa kemajuan di Aleppo dan perbatasan Suriah-“Israel”. Sementara, Ahrar Syam sejak lama dikenal sering bekerja sama dengan Jabhah Nusrah di lapangan untuk menekan Rezim, bersama beberapa faksi yang juga bergabung dengan Jabhah Nusrah.
“Pembunuhan para pemimpin Ahrar Syam dalam situasi seperti ini bertujuan membonsai persatuan di bawah Jabhah Nusrah, selain berupaya menyatukan faksi-faksi yang “moderat” untuk kemungkinan rekonsiliasi dengan Assad,” Khalid menambahkan di akunnya.
Ledakan bom bukan penyebab kematian
Sementara itu, menurut hasil otopsi, kondisi jasad menunjukkan bahwa kematian para memimpin Ahrar Syam tersebut bukan karena ledakan. “Tubuh para korban utuh. Ada beberapa tanda menunjukkan kematian mereka karena pengaruh bahan kimia. Ini adalah operasi tingkat tinggi,” jelas Khalid.
Hal tersebut dikuatkan oleh dr. Abu Aiman, salah seorang tenaga medis Ahrar Syam. Setelah memeriksa jenazah korban, ia menjelaskan bahwa penyebab kematian adalah gas beracun.
“Pemeriksaan terhadap mayat para syuhada —semoga Allah menerima mereka— menunjukkan bahwa sebab kematiannya adalah karena menghirup gas. Mungkin racun. Hal ini tampak pada tubuh korban yang semuanya menunjukkan kondisi sesak nafas, wajah kebiru-biruan, ada upaya merobek baju, dan ada beberapa goresan kuku. Jejak kematian tidak menunjukkan akibat pemboman atau sejenisnya. Saya tidak melihat satu pun tanda luka di tubuh yang mengarah kepada kematian. Selain itu tidak ada potongan-potongan tubuh di lokasi,” ungkapnya kepada Khutwah News Agency.
Adapun cerita dari beberapa sumber yang mendengar ledakan dari lokasi, dr. Abu Aiman mengatakan bahwa itu kemungkinan besar merupakan upaya dalang operasi ini untuk menyamarkan rencana pembunuhan tersebut. Subhanallah.(adibahasan/arrahmah.com)