GAINSVILLE (Arrahmah.com) – Jauh sebelum Terry Jones mengancam pembakaran Al Quran, mantan anggota jemaat gereja menyatakan bahwa cara Jones memimpin gereja sangatlah buruk. Ia mengganggap bahwa gereja tersebut adalah miliknya sendiri dan memaksakan ortodoksi yang ketat yang memisahkan satu per satu anggota keluarga warga Gainsville dengan keluarganya, lansir Washington Post pada Senin (4/4/2011).
Jemaat di Dove World Outreach Center, yang telah berkurang hingga 30 jumlahnya, diminta untuk bersumpah setia kepada Jones. Isi janji itu salah satunya adalah membatasi keinginan mereka untuk memiliki pekerjaan di luar gereja serta membatasi hubungan pribadi mereka.
Bagi Chris Nassoiy (25) juga sebagian besar anggota jemaat, pembatasan terakhir merupakan yang paling menyakitkan. Dia dipaksa untuk meninggalkan keluarganya tahun 2009.
“Saya harus memberitahu mereka bahwa kami tidak akan dapat berkomunikasi satu sama lain sampai mereka minta maaf, sampai mereka menerima Injil,” katanya, dengan suara parau. “Ini sedikit menyedihkan.”
Sementara ibu Nassoiy, Sally Nassoiy, menganggap Jones benar-benar telah kecewa pada Jones dan marah padanya serta pengurus gereja lain.
“Mereka membawa para pemuda untuk mengabdikan diri terhadap firman Tuhan, dan kenyataannya adalah mereka mengeksploitasi para pemuda itu,” katanya.
Jones (59) menyangkal bahwa gerejanya melakukan aktivitas pengkultusan. Ia pun menyangkal bahwa penyalahgunaan wewenang sebagai pemimpin gereja.
“Saya tokoh sentral,” katanya. “Itu memang benar. Tapi saya pikir gereja akan tetap ada setelah saya.” Ia berharap anaknya yang berusia 29 tahun, Luke, akan menggantikannya suatu hari.
Jones mengatakan ia tidak memerintahkan jemaatnya untuk memutuskan hubungan dengan keluarga mereka, meskipun akan sulit untuk mempertahankan hubungan dengan mereka yang tidak memberikan hidup mereka pada gereja.
Ketika berada di atas mimbar, Jones menyamakan dirinya dengan Martin Luther King Jr, juga dengan Yesuah yang memimpin pengikutnya untuk menyeberangi Sungai Yordan.
Pembakaran Al Quran itu perlu, katanya. Bahkan jika tidak dilakukan, maka akan ada banyak kematian. Memang tidak mudah, tapi hal inilah yang harus dibanggakan oleh gereja dan para jemaatnya, lanjut Jones.
“Hanya ada satu cara untuk menghentikan saya,” kata Jones pada pengikutnya, “yaitu membunuh saya.” (althaf/arrahmah.com)