BANJARBARU (Arrahmah.id) – Kualitas udara di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, dilaporkan memburuk akibat asap ditumbulkan kebakaran hutan dan lahan (kahurla). Situasi itu, mendorong peningkatan penderita Ifeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada anak.
“Hingga 21 Agustus 2023 tercatat ada 21 kasus ISPA, dengan kategori usia balita dari 1 sampai 4 tahun. Pasien dari daerah Landasan Ulin, Banjarbaru Selatan, dan Banjarbaru Utara,” kata Direktur RSD Idaman Kota Banjarbaru dr Danny Indrawardhana, dalam keterangannya, Rabu (23/8/2023).
Danny mengatakan, gejala dirasakan pasien bervariatif yakni bisa batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sempai terjadi demam. Untuk itu, ia mengimbau, penggunaan masker akan menjadi jauh lebih efektif menghindari partikel dihasilkan kabut asap.
“Selain itu, kita harus tetap menjaga daya tahan tubuh agar kesehatan kita tetap terjaga. Sehingga bisa menangkal infeksi-infeksi yang masuk,” katanya.
Sisi lain, Statiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien Kota Banjarbaru pertanggal 21 Agustus 2023 mencatat penurunan kualitas udara. Dalam radius 5 kilometer mengalami peningkatan dari mutu baik menjadi sedang. dengan parameter kritis nitrogen oksida, hidrokarbon dan PM 2,5.
“Kondisi memang ada kenaikan dibandingkan dengan pada bulan Juni dan Juli dengan kondisi mutu baik. Indikasi kenaikan memang disebabkan kebakaran hutan dan lahan,” ujar Kabid Penegakan Hukum dan Pengendalian DLH Kota Banjarbaru Shanty Eka Septiani, Rabu (23/8/2023).
Shanty menyatakan, peningkatan kualitas udara ini dibuktikan dengan adanya parameter kritis NO2, HC, dan PM 2,5. Perihal ini dapat dilihat kondisi fisiknya yakni kabut asap.
“Kami menyarankan kepada Mmasyarakat agar lebih berhati-hati melakukan aktivitas di luar rumah. Khususnya bagi yang mempunyai penyakit asma, selalu menggunakan masker,” ucapnya.
(ameera/arrahmah.id)