SANAA (Arrahmah.com) – Teroris Syiah Houtsi menyelundupkan “rudal balistik” dari Iran melalui Pelabuhan Al-Hudeidah di pantai barat Yaman, ungkap Perdana Menteri Yaman, Ahmed Obaid bin Daghar pada Rabu (18/4/2018), sebagaimana dilansir kantor berita Anadolu Agency.
Ahmed Obaid membuat pernyataan tersebut saat mengunjungi kota pesisir Aden, ibu kota sementara Yaman, ungkap kantor berita resmi SABA.
“Pemerintah Yaman memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan melalui pelabuhan di beberapa daerah yang dibebaskan dari penjagaan dengan tujuan agar dapat didistribusikan ke seluruh penjuru negeri,” kata bin Daghar.
“Tapi teroris Syiah Houtsi menggunakan pelabuhan Al-Hudeidah untuk menyelundupkan senjata [ke Yaman] – termasuk rudal balistik – dari Iran,” tambahnya.
“Hal ini dapat menyebabkan perang berkepanjangan dan meningkatkan penderitaan rakyat Yaman di daerah-daerah yang dikuasai teroris Syiah Houtsi,” kata perdana menteri.
Pemerintah Yaman secara internasional telah berulang kali menuduh Iran mempersenjatai kelompok teroris Syiah Houtsi, namun tuduhan tersebut selalu dibantah oleh Teheran.
Dalam beberapa bulan terakhir, teroris Syiah Houtsi telah meluncurkan beberapa rudal ke wilayah Saudi, termasuk beberapa lokasi di ibu kota Riyadh – yang menurut pihak berwenang Saudi semuanya berhasil dihadang.
Yaman telah dilanda oleh kekerasan dan kekacauan sejak tahun 2014, ketika teroris Syiah Houtsi menguasai sebagian besar negara, termasuk ibu kota Sanaa.
Konflik meningkat pada tahun 2015 ketika Arab Saudi dan sekutu Sunni-Arab – yang menuduh teroris Syiah Houtsi menjadi bagi proxy Iran – meluncurkan kampanye udara besar-besaran di Yaman yang bertujuan untuk mengembalikan kejayaan Syiah Houtsi.
Perundingan perdamaian yang disponsori PBB yang diadakan di Kota Kuwait tahun 2016 gagal untuk mengakhiri konflik tersebut.
Kekerasan yang sedang berlangsung telah menghancurkan banyak infrastruktur pokok di Yaman, termasuk sistem air dan sanitasi, dan membuat PBB menggambarkan situasi di Yaman sebagai salah satu “bencana kemanusiaan terburuk pada zaman modern”. (Rafa/arrahmah.com)