Satu misi pencarian fakta yang dilakukan kelompok hak asasi manusia dan kelompok medis menemukan bahwa Israel melakukan teror di sepanjang Jalur Gaza selama serangan 22 hari yang mereka lakukan.
“Arti serangan di sepanjang Jalur Gaza adalah untuk menciptakan teror tanpa belas kasihan kepada setiap orang yang berada di sana,” ujar salah seorang dokter Psikiater.
“Nampak jelas penggunaan senjata-senjata canggih difokuskan untuk menciptakan teror kepada penduduk Gaza.”
Lima ahli medis senior internasional melakukan penyelidikan antara tanggal 29 Januari hingga 5 Februari dengan mendokumentasikan kesaksian-kesaksian 44 penduduk Gaza.
Dalam laporan mereka, mereka menuduh angkatan perang Israel telah melakukan pelanggaran internasional.
“Hampir semua orang mengatakan mereka tidur berpelukan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya di ruang tengah selama tiga pekan saat Israel melancarkan serangan,” ujar para ahli tersebut.
“Tidak ada seorangpun yang tahu dimana atau kapan bom selanjutnya akan meledak.”
Perang yang dilancarkan Israel membunuh sedikitnya 1.417 penduduk sipil Gaza, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan dan melukai lebih dari 5.303 lainnya.
Israel juga menghancurkan sedikitnya 20.000 rumah dan 30 mesjid
Darah dingin
Muhammad Saad Abu Halima, yang telah kehilangan dua saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan, mengisahkan bagaimana Israel memerintahkan mereka untuk meninggalkan traktor yang akan membawa mereka ke rumah sakit.
“Mereka telah melihat bahwa kami semuanya terluka dan kotor akibat ledakan. Mereka menembak kami dan membunuh keponakanku yang sedang mengemudi untuk membawa kami ke rumah sakit.”
Setelah memaksa Abu Halima untuk meninggalkan jenazah saudarinya di dalam traktor, tentara-tentara biadab tersebut memaksa keluarga itu untuk berjalan kaki menuju rumah sakit dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka.
“Sekitar 300 meter setelah kami berjalan, tentara-tentara tersebut menembaki kaki kami.”
Souad Abed Rabbo, 54, menyaksikan dengan matanya sendiri terbunuhnya cucu perempuan dengan darah dingin walaupun keluarga mereka telah mengibarkan bendera putih.
“Tiba-tiba seorang tentara Israel melakukan penembakan dan menembak cucu perempuanku di leher dan dadanya,” ujarnya.
“Dia meninggal seketika.”
Israel baru-baru ini mengelak bahwa tentaranya melakukan pembunuhan secara sengaja terhadap penduduk sipil Gaza selama perang 22 hari tersebut. (Hanin Mazaya/arrahmah/IOL)