LONDON (Arrahmah.com) – Inggris akan mengumumkan rencana pelarangan impor barang-barang yang dicurigai menggunakan kerja paksa di provinsi Xinjiang Cina, lapor media pada Senin (11/1/2021), dalam sebuah langkah yang selanjutnya akan mempererat hubungan antara London dan Beijing.
Menteri Luar Negeri Dominic Raab diharapkan untuk mengungkapkan rencananya, yang juga diatur untuk memasukkan undang-undang yang lebih ketat tentang ekspor barang atau teknologi yang dapat digunakan untuk penindasan, kepada anggota parlemen minggu ini, menurut surat kabar Sun dan Guardian.
Hubungan Inggris dan Cina semakin membeku selama dua tahun terakhir, terutama atas kritik London atas tindakan keras terhadap juru kampanye demokrasi di Hong Kong dan tawaran kewarganegaraan bagi penduduknya.
Inggris juga mengkritik perlakuan terhadap Muslim Uighur di provinsi Xinjiang, dengan pemerintah menyebut bukti bahwa mereka dipaksa untuk memproduksi kapas “sangat meresahkan”. Beijing membantah tuduhan kerja paksa.
Pemerintah Inggris prihatin bahwa industri tekstil tidak memeriksa dengan cukup cermat apakah barang dari Xinjiang, yang memasok hampir seperempat kapas dunia, dibuat dengan menggunakan kerja paksa.
Proposal dapat mencakup denda jika perusahaan gagal menunjukkan uji tuntas dalam memeriksa rantai pasokan mereka, menurut Guardian.
Tetapi rencana Raab diperkirakan berhenti memberikan sanksi kepada pejabat Cina yang terkait dengan kamp “pendidikan ulang” dan program sterilisasi paksa, menurut Sun.
“Pendekatan kami ke Cina berakar pada nilai dan kepentingan kami,” kata seorang pejabat di Kantor Luar Negeri seperti dikutip. (Althaf/arrahmah.com)