BANGLADESH (Arrahmah.com) – Gadis-gadis pengungsi Rohingya dijual untuk menghasilkan uang demi keluarga yang putus asa di kamp-kamp yang penuh sesak di Bangladesh, menurut lembaga migrasi PBB.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan telah mengidentifikasi 99 kasus perdagangan manusia sejak September 2017, namun memperingatkan bahwa jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih besar, lansir Daily Sabah pada Rabu (17/10/2018).
Dari para korban, 35 adalah gadis remaja dan 31 wanita dewasa, ujar IOM dalam laporannya pekan ini. Sisanya adalah 25 pria dewasa dan delapan remaja laki-laki. 31 gadis berakhir dengan kerja paksa seperti yang terjadi pada 26 wanita.
“Kisah-kisah yang biasanya kami dengar adalah orang-orang yang rentan didekati oleh pedagang manusia dengan janji-janji palsu tentang pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik,” ungkap juru bicara IOM Dina Parmer, menambahkan bahwa beberapa pengungsi tidak menyadari risikonya, seperti dilaporkan oleh Reuters.
“Yang lain mungkin sadar itu berbahaya, namun merasa situasinya begitu putus asa, sehingga mereka bersedia mengambil tindakan ekstrim, mungkin mengorbankan satu anggota keluarga demi yang lainnya,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Menurut laporan tersebut, lima wanita dan empat gadis remaja berakhir dalam eksploitasi seksual.
Badan amal Bangladesh, Gerakan Pemuda dalam Aksi Sosial (YPSA) meningkatkan kesadaran di antara para pengungsi akan bahayanya perdagangan manusia, dan telah mengumpulkan laporan dari para pemimpin komunitas Rohingya, serta kelompok-kelompok lokal dan internasional.
“Lebih dari 1.000 telah diidentifikasi sebagai korban perdagangan manusia,” ujar Jishu Barua dari YPSA.
Hampir satu juta Muslim Rohingya diusir dari rumah mereka di Myanmar, kini tinggal di kamp-kamp pengungsi kumuh di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh. Di antara mereka, lebih dari 700.000 orang menyeberangi perbatasan ke Bangladesh setelah Myanmar melancarkan operasi militer brutal pada Agustus 2017. (haninmazaya/arrahmah.com)