GAZA (Arrahmah.com) – Sebuah rumah sakit anak di Jalur Gaza akhirnya ditutup akibat krisis bahan bakar dan multidimensi yang sedang melanda Jalur Gaza, sebagaimana dilaporkan Suara Palestina kepada Redaksi Arrahmah, Selasa (25/11/2014).
Dalam konferensi pers yang diadakan di Komplek Rumah Sakit Assyifa di Gaza, Rabu (19/11), Dokter Asyraf Qadra, juru bicara Kementerian Kesehatan mengatakan dalam pernyataan resminya Senin (17/11) bahwa “Rumah Sakit Anak ‘Annasr Hospital Gaza City’ akan berhenti beroperasi dalam 24 jam ke depan, karena kekurangan bahan bakar dan bisa menyebabkan terjadinya tragedi kemanusiaan.
Al Qadra juga mengatakan bahwa saat ini berbagai pusat medis dan rumah sakit di Jalur Gaza mengalami krisis bahan bakar yang parah dan pihak kementerian sudah mengeluarkan seruan khusus ke berbagai organisasi dunia untuk membantu menangani permasalahan ini.
Ia juga menyatakan, “untuk hari ketiga secara beruntun perusahaan kebersihan telah berhenti bekerja secara total karena tidak mendapatkan bayaran, inisiden ini bisa menyebabkan penyebaran penyakit antara pasien dalam Rumah Sakit”.
Al Qadra juga menjelaskan bahwa seluruh rumah sakit di Gaza sedang mengalami kekurangan yang sangat parah terutama bahan bakar yang diperlukan untuk mengoperasikan generator listrik. Selain itu perusahaan penyedia makanan juga berhenti menyediakan menu makanan untuk para pasien yang juga dikarenakan tidak menerima bayaran dari Pemerintah Bersama selama 5 bulan berturut-turut. Ia menegaskan bahwa pihaknya telah berusaha sekuat tenaga dan dengan berbagai cara untuk menghindari krisis ini.
“Namun permasalahan kian hari semakin bertambah parah dan kami sangat memerlukan sikap serius pemerintah,” ujarnya.
Al Qadra mengajak Pemerintah Bersama untuk menunaikan tanggung jawab kenegaraannya serta moral dan kemanusiaan terhadap krisis kesehatan yang menerus terjadi di Jalur Gaza dan mengakhiri penderitaan ribuan pasien. Ia juga menyerukan kepada masyarakat dan organisasi-organisasi dunia (termasuk Indonesia dan Malaysia) untuk segera mungkin turun tangan menolong sistem kesehatan di Gaza serta melakukan aksi serius untuk mengakhiri blokade atas Gaza.
Krisis pemerintahan
Sementara banyak pihak di Palestina merasa bahwa Kabinet Bersatu tidak perduli dengan kondisi Jalur Gaza.
Al Qadra juga mengisyaratkan bahwa sejak penyerahan kekuasaan, pemerintah bersama (Kabinet Bersatu) tidak menunaikan kewajibannya terhadap Jalur Gaza. Mereka juga dinilai tidak mengadakan komunikasi dengan para penanggung jawab di kementerianya serta tidak bersedia membayar anggaran operasional, bahkan para pegawai yang bekerja untuk mereka.
Dengan demikian, aktivis Indonesia untuk Palestina dan pendiri Radio 2 bahasa Suara Palestina menghimbau kepada Pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk membantu perwujudan kesatuan faksi-faksi di Palestina. Terlebih melihat kondisi Gaza yang kian parah dan kian tidak menentu khususnya dari segi kesehatan.
Faktor atau penyebab utama terbengkalainya segi kesehatan adalah persoalan politik antara berbagai Faksi di Gaza, masing-masing mengedepankan ego dan kepentingan politik saja tanpa melihat atau mempertimbangkan nasib warga Gaza dan Palestina pada umumnya.
“Ya sulit lah kalau masing-masing faksi tidak mau bersatu,” ungkap bang Abdillah. Maka satu-satunya cara untuk menyatukan mereka yaitu masing-masing NGO atau pemerintah baik di Indonesia maupun di Malaysia harus memberikan nasihat terhadap mereka. “Semoga jika kita yang menasehati insyaa Allah mereka akan mendengar dan menurutinya, toh nasehat kita untuk masalahat mereka juga,” harap bang Abdillah.
(adibahasan/arrahmah.com)