(Arrahmah.com) – Suatu Sore, seorang ibu duduk bersama anak-anaknya untuk meninjau pelajaran mereka, dan untuk anak yang paling kecil berumur 4 tahun ia berikan buku untuk menggambar agar ia tak mengganggu saudara-saudara yang lainnya. Tiba-tiba ibu itu teringat bahwa ia belum menyiapkan makanan untuk ayah dari suaminya yang tinggal di ruangan terpisah dari bangunan dekat teras rumahnya. Ia membantu mertuanya yang sudah renta dan tak dapat meninggalkan kamarnya karena kesehatan yang melemah. Segera ia memberikan makanan dan melayani sang mertua semampunya, kemudian kembali kepada anak-anaknya.
Ketika ibu itu kembali ke tempat anak-anaknya yang sedang belajar, ia perhatikan putra terkecilnya sedang menggambar lingkaran dan bujur sangkar yang diletakkan simbol-simbol, dan kemudian ia tanyakan, “apa yang kau gambar wahai cintaku?”, lalu ia jawab dengan polosnya “Aku menggambar rumah yang akan ku tempati kelak setelah menikah”.
Sungguh tanggapan anak ini sangat membahagiakan ibunya, lalu sang ibu bertanya “Di ruangan mana kau akan tidur?”
Kemudian anak itu menunjukkan setiap kotak dan berkata “Ini kamar tidur, ini dapur, ini ruang tamu,…..dst”.
Ia sebutkan sambal menghitung semua ruangan yang ada di dalam gambarnya kecuali satu kotak terpencil di luar bingkai yang ia gambar.
Maka sontak sang ibu bertanya “Mengapa kamar ini terpisah dari ruangan-ruangan lainnya?”
Kemudian ia menjawab “ini untukmu ibu, aku akan menempatkanmu di dalamnya ketika kau sudah tua seperti yang kau lakukan terhadap kakek”.
Sang ibu tertegun dengan apa yang dikatakan putranya dan mulai bertanya pada dirinya sendiri “Apakah aku akan tinggal sendirian terpisah di luar rumah tanpa kebahagiaan berbincang bersama anak-anakku? Apakah mereka akan melupakanku dengan kesenangan mereka ketika aku tua lemah dan tak berdaya? Siapa yang akan berbicara denganku dikala itu? Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku sendirian di antara tembok yang memisahkan tanpa mendengar suara dari keluargaku yang lain?”
Segera ia panggil pembantunya dan bergegas memindahkan perabotan di kamar tamu yang merupakan kamar paling indah untuk dikeluarkan dan ia letakkan barang-barang mertuanya di dalam.
Begitu sang suami kembali, terkejutlah dengan perubahan yang dilihatnya dan kemudian bertanya pada istrinya “Apa alasan untuk perubahan ini?”
Maka sang istri menjawab dengan air mata di pipinya “Aku memilih kamar terbaik untuk aku dan kau tinggal di dalamnya jikalau Allah memberi kita umur panjang dan kita tak dapat bergerak karena lemahnya usia, dan biarlah kamar tamu terpisah di luar sana.”
Sang suami mengerti apa yang dimaksudkan dan memuji sang istri atas apa yang ia lakukan berkat pelajaran berharga dari putra kecilnya. Sang anak kembali pada gambarnya dan menghapus kotak kecil yang ia gambar terpisah dari gambaran rumahnya. Tersenyumlah mereka berikut dengan kakeknya.
Penulis : Ariyani Syahniar
*Kisah ini diambil dan diterjemahkan dari kisah arab yang berjudul “طفل يعلم والديه الأدب”
(*/arrahmah.com)