Oleh: Adham Syarqawi
(Arrahmah.id) – Dalam kitab al-Adab asy-Syar’iyah karya Ibnu Muflih dan kitab Siraj al-Muluk karya Tartushi disebutkan bahwa Musa alaihissalam berseru kepada Tuhan Yang Maha Esa: Ya Allah, aku mohon kepadamu agar orang-orang tidak menyebutku dengan keburukan!
Kemudian Allah SWT menurunkan wahyu kepadanya: “Wahai Musa, ini sesuatu yang tidak Aku lakukan untuk diriku sendiri, haruskah Aku melakukannya untukmu?!
Sobat, setiap orang pasti punya pecinta dan pembenci. Bahkan Tuhan Yang Maha Esa pun tidak dicintai semua manusia, dan setan secara pribadi mempunyai banyak murid!
Orang yang berakal hanya melihat para pecinta dan pembencinya. Jika ia dicintai orang-orang yang jujur dan dibenci para pelaku kebatilan, berarti dia orang baik. Jika dia dicintai para pelaku kebatilan dan dibenci orang-orang yang jujur, berarti dia lebih sesat dari keledai!
Jika kamu diberitahu bahwa seseorang dikenali melalui musuh-musuhnya sebagaimana dia dikenali melalui teman-teman dekatnya, maka percayalah!
Banyak orang akan membencimu karena berbagai kebaikanmu, bukan karena berbagai celamu. Orang-orang tidak menyukai mereka yang terlihat kekurangannya!
Plutarch, seorang filsuf dan sejarawan Romawi, menceritakan sebuah kisah dalam bukunya yang terkenal, “Comparative Biographies of the Great Greeks and Romans,” ia menuturkan:
“Ketika Raja “Hero” sedang berbicara kepada salah satu musuhnya yang tertangkap, tawanan ini berkata kepadanya: ‘Selain sombong, kamu juga punya bau mulut!
Raja ingin menyelidiki masalah ini, dan ketika kembali ke istananya, dia berkata kepada istrinya dengan sedikit teguran: ‘Bagaimana kamu tidak memberitahuku bahwa nafasku berbau tidak sedap? Seharusnya aku mengetahuinya darimu, bukan dari orang-orang!
Istrinya seorang wanita yang sederhana, bersih dan tidak suka menyakiti, berkata kepadanya:
‘Pak, saya pikir bau napas semua pria sama!’
Jangan tutup telingamu terhadap suara musuhmu! Ada kebenaran tentang dirimu yang hanya bisa diberitahukan oleh musuh kepadamu!
Teman biasanya memihak kita dan selalu menjaga perasaan kita, sementara musuh menunjukkan kesalahan kita. Karena itu, sangat penting bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri dari sudut pandang musuhnya!
Ketika terjadi perselisihan, dengarkanlah baik-baik apa yang diucapkan kepadamu. Tidak ada yang bisa mengungkap rahasia hati sebagaimana yang diungkapkan oleh berbagai perselisihan.
Sejak awal sejarah, orang-orang bijak telah menyadari pentingnya musuh!
Filsuf Yunani Plutarch percaya bahwa musuh yang mengintai kesalahan bisa mendorong kita untuk disiplin, terorganisir, dan mengelola segala sesuatu dengan baik! Karena kesadaran terhadap bahaya bisa mendorong kita untuk mengurangi terjadinya kesalahan, dan menutup celah yang memungkinkan musuh menyusup!
Ini seperti kamu mengetahui bahwa salah seseorang yang diundang ke meja makanmu sangat kritis. Meskipun ini terasa buruk bagimu, tetapi menjadi dorongan bagimu untuk tidak meninggalkan celah bagi munculnya kritik!
Memang berurusan dengan orang-orang yang hanya mencari-cari kesalahan itu sangat melelahkan, tetapi ini menjadi alasan untuk berdisiplin, sekalipun kita berusaha menyangkalnya!
Kehadiran oposisi mendorong pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Guru yang keras membuatmu mempersiapkan diri dengan serius untuk menghadapi ujiannya. Kritikus yang jeli mendorongmu tanpa sadar atau disadari untuk meningkatkan kwalitas karyamu. Kehadiran para pemain di bangku cadangan menjadi motivasi bagi para pemain di lapangan untuk bermain maksimal. Ada berbagai kemampuan terpendam dalam diri kita yang kita berutang budi kepada mereka yang selalu mencari kelemahannya.
(ameera/arrahmah.id)