VILLACH (Arrahmah.id) — Seorang pria yang diduga pencari suaka Suriah menikam seorang remaja hingga tewas dan melukai lima orang lainnya di Austria selatan pada, Sabtu (15/2/2025). Menurut saksi mata, pelaku meneriakan takbir saat melakukan penyerangan, lapor juru bicara polisi Rainer Dionisio kepada AFP (16/2).
Petugas telah menangkap seorang pencari suaka Suriah berusia 23 tahun. “Satu korban, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun, meninggal,” tambahnya.
Jumlah korban mencapai lima orang, termasuk dua orang terluka parah. Korban tertua berusia 36 tahun.
Insiden itu terjadi pada hari Sabtu sebelum pukul 16.00 waktu setempat di pusat kota di provinsi Carinthia.
Seorang pengantar makanan yang lewat — juga dari Suriah — turun tangan, menabrakkan kendaraannya ke penyerang, yang terluka ringan dan ditangkap “tepat setelah serangan”, kata Dionisio.
Tersangka adalah pencari suaka Suriah dengan izin tinggal yang sah dan tidak memiliki catatan kriminal, menurut informasi awal.
Dionisio mengatakan mereka belum dapat mengatakan apa pun tentang motif serangan itu, tetapi sedang memverifikasi keterangan saksi mata bahwa penyerang telah meneriakkan “Allahu Akbar”.
Gubernur Carinthia Peter Kaiser dari Partai Demokrat Sosial menyerukan “konsekuensi paling berat” untuk “kekejaman yang tak terbayangkan” ini.
“Saya selalu mengatakan dengan sangat jelas dan tegas: Siapa pun yang tinggal di Carinthia, di Austria, harus menghormati hukum dan harus menyesuaikan diri dengan aturan dan nilai-nilai kami,” katanya.
“Siapa pun yang melanggar aturan ini harus menghadapi konsekuensi yang paling berat; mereka harus diadili, dipenjara, dan dideportasi.”
Setelah Bashar al-Assad digulingkan di Suriah pada bulan Desember, Austria dan beberapa negara Eropa membekukan permintaan suaka yang tertunda dari warga Suriah untuk menilai kembali situasi.
Selain itu, Austria telah menghentikan reunifikasi keluarga dan mengirimkan sedikitnya 2.400 surat untuk mencabut status pengungsi.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan sedang mempersiapkan “program repatriasi dan deportasi yang tertib ke Suriah”.
Austria sejauh ini hanya mengalami satu serangan jihadis, pada tahun 2020, ketika seorang simpatisan kelompok militan Islamic State (ISIS) yang dihukum melakukan penembakan massal di pusat kota Wina, menewaskan empat orang.
Sebelumnya, serangan penabrakan mobil terjadi di Munich, Kamis lalu.
Seorang gadis berusia dua tahun dan ibunya meninggal pada Sabtu karena luka-luka yang diderita dalam serangan itu yang melukai 37 orang lainnya.
Pencari suaka Afghanistan berusia 24 tahun ditangkap karena dicurigai sengaja menabrakkan mobilnya ke demonstrasi serikat pekerja. (hanoum/arrahmah.id)