XINJIANG (Arrahmah.com) – Seorang mantan tahanan Uighur dari sebuah kamp interniran di Xinjiang tidak bisa mendapatkan perawatan untuk penyakit yang kini dideritanya karena hal tersebut akan melanggar karantina yang sedang berlangsung untuk coronavirus novel (COVID-19), sehingga dapat membuatnya dikirim kembali ke kamp, kata para pejabat.
Pejabat, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa seorang mantan tahanan Uighur bernama Abliz Niyaz sedang menghadapi masalah kesehatan yang serius karena pihak berwenang tidak dapat membawakan obat untuk mengobati pertumbuhan tumor di lehernya, dan ia tidak berani meninggalkan rumahnya untuk mencari perawatan karena dia takut dikirim kembali ke kamp karena melanggar karantina, sebagaimana dilansir RFA pada Rabu (26/2/2020).
Niyaz, yang merupakan seorang petani berusia 40 tahun-an, telah menjalani hukuman selama 10 tahun 6 bulan di penjara di daerah Yarkand (Shache) di dekatnya, dan kemudian ditahan di sebuah kamp interniran di Peyziwat.
Setelah 2 setengah tahun di kamp, ia dibebaskan pada November lalu untuk mencari perawatan medis karena penyakit tumor yang dideritanya.
“Dua benjolan muncul di lehernya dan dia harus segera dioperasi,” kata pejabat tersebut.
“Mereka langsung membawa Niyaz dari kamp ke rumah sakit, karena penyakit yang dideritanya,” imbuhnya.
Pejabat itu juga mengatakan bahwa sejak jalan ditutup di Shaptul pada 17 Februari, Niyaz tidak bisa mendapatkan obat dan perawatan selama setidaknya 25 hari.
“Dokternya mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, bahkan jika dia harus pergi ke rumah sakit yang berbeda, dia harus melakukan pemeriksaan rutin,” katanya.
Ketika ditanya mengapa pejabat setempat tidak berusaha untuk memberikan perawatan, obat-obatan dan pasokan makanan kepada orang-orang seperti Niyaz, pejabat itu mengatakan, “Kami belum melakukan apa-apa karena kami memiliki begitu banyak hal yang harus dilakukan dan jalan ditutup.”
“Nanti ketika jalan sudah dibuka, kami akan melakukan apa pun yang kami bisa,” imbuhnya.
Sementara itu, pihak berwenang memberi tahu penduduk mengenai karantina, dan jika mereka melanggar, maka petugas desa akan membawa mereka ke kamp interniran, atau melaporkannya ke komite lingkungan.”
Pejabat lain, yang juga enggan disebutkan namanya, menjelaskan bahwa kondisi Niyaz semkin memprihatinkan.
“Benjolan yang dideritanya tumbuh semakin besar dari hari ke hari, dia tidak bisa tidur dan mengeluh sakit kepala,” kata pejabat itu, seraya menambahkan bahwa operasi yang dia lakukan tidak dapat menghilangkan semuanya.
“Dia tidak bisa tidur karena dia sakit kepala,” kata pejabat itu.
“Tumor itu mengerikan meski ukuranya hanya sedikit lebih besar dari kenari,” pungkasnya.
Niyaz menolak untuk meninggalkan rumahnya, mengatakan dia takut dihentikan dalam perjalanan ke Rumah Sakit dan kemudian dijebloskan ke kamp ineterniran.
Hingga Rabu (26/2) tercatat sebanyak 76 kasus infeksi virus corona terjadi di Xinjiang yang telah menyebabkan dua kematian. (rafa/arrahmah.com)