JAKARTA (Arrahmah.com) – Pasca pernyataan Kapolri Jendral polisi Sutarman yang membolehkan Polwan berjilbab tanpa menunggu aturan, kemudian diikuti oleh maraknya Polwan berjilbab di seluruh Indonesia. Kasak-kusuk, patgulipat pihak anti jilbab di tubuh Polri mulai muncul ke permukaan, hendak menggagalkan aturan bolehnya jilbab untuk Polwan.
“Sekarang diterbitkan telegram rahasia agar Polwan menanggalkan jilbab dengan berbagai dalih, sungguh sangat melukai perasaan umat Islam,” kata Mustafa Nahrawardaya secara tertulis, diterima redaksi malam ini.
Mustafa mensinyalir ada kelompok intoleran di tubuh Polri yang hendak memecah belah Polri dan umat Islam, dengan mengambil isu jilbab ini.
“Pernyataan Kapolri yang tulus, diduga mendapatkan tekanan dan desakan dari kelompok intoleran yang ingin memecah belah kesatuan Polri dengan pemeluk Islam khususnya Polwan,” ungkapnya.
Semestinya, imbuh Mustafa, tidak perlu ada perintah menanggalkan jilbab bagi Polwan apabila memang ada keinginan dibuat seragam khusus di waktu mendatang.
“Jilbab yang dikenakan para Polwan sebagai sambutan positif atas anjuran Kapolri “berjilbab tanpa menunggu aturan” belum lama ini jelas sebuah respon positif dari segenap aparat Polwan di kepolisian. Tetapi perintah pencopotan jilbab saat ini jelas sebuah langkah blunder paling memalukan dan paling melukai bagi Umat yang dilakukan Polri,” papar aktifis muda Muhammadiyah ini.
Dia berharap Kapolri tidak mudah dikendalikan oleh kelompok intoleran yang bertujuan memecahbelah umat.
Mantan wartawan Jawa Pos ini menganjurkan kepada umat Islam di seluruh Indonesia, untuk merapatkan barisan. “Tidak boleh sedikitpun ada celah diantara barisan. Kuatkan tali, eratkan pegangan,” tegasnya.
Sementara kepada Ormas Islam khususnya NU dan Muhammadiyah, himbau Mustafa, ini saatnya bersatu membendung gerombolan intoleran yang mencoba membodohi Polri. (azm/arrahmah.com)