JAKARTA (Arrahmah.com) – Abdul Rahim Baasyir alias Iim menegaskan bahwa ayahnya Ustadz Abu Bakar Baasyir anti dengan aksi kekerasan. Pernyataan ini ditegaskan demi menepis fitnah, tuduhan dusta Said Agil Siroj Ketua Umum PBNU yang mengatakan Abu Bakar hanya bisa menyuruh anak buahnya untuk meledakkan diri dengan bom dalam aksi teror.
Said juga menuduh ustadz Baasyir malah marah saat anak buahnya meminta dirinya mencoba lebih dulu aksi bom bunuh diri. Menurut Iim, seharusnya Said melihat fakta terlebih dulu.
“Said Aqil telah melakukan fitnah. Malah sebaliknya Ustad Abu itu anti dengan aksi kekerasan,” kata Iim lansir CNNIndonesia.Com, Rabu (27/4/2016).
Iim putra bungsu Ustadz Baasyir menyebut pernyataan Said sebagai omongan tak ada isi. Keluarga besar Baasyir katanya tidak perlu mendengar pernyataan seperti ini. Fakta bahwa pengasuh Pondok Pesantren Ngruki, Solo itu anti kekerasan menurut Iim bisa dilihat dari kejadian teror bom di Sarinah pada 14 Januari silam.
Iim menceritakan setelah mengetahui bom Thamrin, Baasyir marah.
“Sarinah itu apa? Itu yang terlibat harus membayar Diyad atau bayaran meminta ampun sama Allah atas kesalahan pembunuhan. Jika tidak mampu, si pelaku harus puasa dua bulan,” kata Iim menirukan ucapan Abu Bakar.
Alasan Baasyir menolak aksi kekerasan karena Indonesia adalah daerah damai. “Daerah yang harus didakwahi. Kecuali dalam perang bunuh-bunuhan. Itu sikap beliau,” ujar Iim.
Iim mengaku terakhir bertemu Baasyir di Lapas Gunung Sindur pada Ahad (17/4). Pertemuan itu berlangsung lima menit. Ustad panggilan akrab ABB mengaku suasana di Sindur lebih baik daripada di LP Pasir Putih, Nusakambangan. “Kami menyayangkan adanya kamera CCTV di ruangan ustad. Masa orang sudah sepuh masih diawasi seperti itu,” kata dia.
Ustadz Baasyir saat ini dipenjara di Lembaga Permasyarakatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Dia divonis 15 tahun penjara karena diduga terlibat dalam pelatihan militer di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh pada 2011 lalu.
(azm/arrahmah.com)