DAMASKUS (Arrahmah.id) — Bank sentral Suriah mengatakan bahwa sejumlah mata uang Suriah telah tiba di bandara Damaskus dari Rusia, dimana uang kertas dicetak di bawah pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang digulingkan, lapor SANA (14/2/2025).
Bank sentral tidak menyebutkan jumlah mata uang yang telah tiba, namun sebuah sumber yang mengetahui hal ini mengatakan kepada Reuters bahwa jumlah mata uang tersebut mencapai “ratusan miliar pound Suriah,” setara dengan puluhan juta dolar AS.
Sumber tersebut mengatakan bahwa uang tunai tersebut telah dicetak di Rusia di bawah pemerintahan Assad, tetapi belum dikirim ke Suriah pada saat ia digulingkan oleh kelompok perlawanan suriah pada awal Desember 2024.
Kepemimpinan baru Suriah memerintahkan perusahaan Rusia yang mencetak mata uang tersebut untuk berhenti setelah Assad melarikan diri ke Moskow, kata sumber itu, tanpa memberikan rincian tentang apa yang mendorong pengiriman uang tunai yang dicetak sebelumnya pada hari Jumat.
Suriah telah menghadapi krisis likuiditas sejak penggulingan Assad, dengan gubernur bank sentral Suriah yang baru, Maysaa Sabreen, mengatakan kepada Reuters pada Januari bahwa ia ingin menghindari pencetakan pound Suriah untuk mencegah lonjakan inflasi.
Pound Suriah telah menguat di pasar gelap sejak kepemimpinan baru mengambil alih, dibantu oleh masuknya warga Suriah dari luar negeri dan diakhirinya kontrol ketat pada perdagangan mata uang asing.
Kurs pound diperdagangkan pada 9.850 terhadap dolar AS pada Kamis, 13 Februari 2025, menurut tempat penukaran uang, yang tutup pada Jumat. Kurs resmi mata uang asing tetap berada di sekitar 13.000 pound terhadap dolar AS, menurut pernyataan bank sentral.
Namun hal ini memicu kekhawatiran mengenai likuiditas dalam pound Suriah. Bank sentral hanya memiliki cadangan devisa sekitar 200 juta dollar AS dalam bentuk tunai, sumber-sumber mengatakan kepada Reuters, sebuah penurunan yang sangat besar dari 18,5 miliar dollar AS yang diperkirakan dimiliki Suriah pada 2010, setahun sebelum perang saudara meletus.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pembicaraan telepon dengan pemimpin sementara Suriah Ahmad asy-Syaraa pada hari Rabu, yang merupakan pembicaraan pertama antara kedua pemimpin tersebut sejak penggulingan Assad.
Kantor kepresidenan Suriah mengatakan bahwa Putin telah mengundang menteri luar negeri Suriah yang baru untuk mengunjungi Moskow dan mengatakan kepada Syaraa bahwa Moskow siap untuk mempertimbangkan kembali kesepakatan-kesepakatan bilateral yang telah ditandatangani di bawah pemerintahan Assad.
Sebelum beralih ke Rusia, Suriah mencetak uangnya di Austria oleh Oesterreichische Banknoten-und Sicherheitsdruck GmbH, sebuah anak perusahaan dari bank sentral Austria.
Sebuah laporan bulan ini dari unit analisis krisis kelompok bantuan internasional MercyCorps mengatakan bahwa rumah tangga-rumah tangga sedang berjuang untuk membayar kebutuhan-kebutuhan dasar karena kekurangan likuiditas di pasar. (hanoum/arrahmah.id)