HEBRON (Arrahmah.com) – Selama 15 hari terakhir keluarga Abu Shykri Al-Atrarshi tidak memiliki akses ke dua lantai teratas dari rumah mereka yang secara ilegal diambil alih oleh pasukan pendudukan “Israel” dan di sana mereka mendirikan sebuah pangkalan militer.
Sepuluh tentara “Israel” tiba-tiba muncul di rumah tersebut yang terletak di lingkungan Abu Sheineh, Al Khalil (Hebron), mereka menghancurkan jendela di pintu rumah dan mengambil kunci dan memaksa keluarga itu untuk mengosongkan lantai tiga dari rumah mereka, seperti dilaporkan IMEMC pada Kamis (10/12/2015).
Para tentara brutal ini tidak memiliki dokumen apapun untuk menjelaskan kepada keluarga mengapa rumah mereka diambil alih. Setiap pernyataan dari pihak keluarga diabaikan dan lantai ketiga serta atap sekarang menjadi milik tentara, keluarga dilarang memasukinya.
Tentara merusak jendela-jendela rumah, membuat lubang di tangki penyimpanan air bersih. Kemudian mereka mengambil semua selimut di rumah tersebut untuk mengeringkan air yang bocor dari tangki. Keluarga juga melaporkan bahwa salah satu tangki air terkontaminasi dan tentara menggunakan atap sebagai toilet mereka.
Tentara tidak pernah meninggalkan rumah tersebut, namun beberapa waktu dalam sehari ada perubahan shift. Hal ini terjadi pada waktu yang berbeda setiap harinya sehingga keluarga tidak mengetahui kapan para tentara itu bergerak keluar masuk rumah. Para tentara menggunakan atap sebagai lokasi pengintaian dan menggunakan senjata api juga gas air mata yang ditembakkan dari atap tersebut ke sekitar pemukiman.
Rumah itu merupakan tempat tinggal bagi 13 orang, kini mereka harus tinggal berdesakan di dua lantai kecil, termasuk seorang remaja yang lumpuh. Mereka tidak tahu berapa lama tentara akan menduduki rumah mereka.
Mereka menghubungi dewan lokal DCO (Kantor Koordinasi Distrik) yang menyarankan mereka untuk pergi ke pengacara. Pengacara sekarang mulai memproses dan membawa kasus tersebut ke pengadilan di Haifa. Namun keluarga Abu Shykri Al-Atrarsh tidak memiliki informasi kapan pengadilan terkait kasus tersebut akan digelar.
Keluarga Abu Shykri yakin tentara pendudukan mencoba untuk membuat keluarganya meninggalkan rumah mereka, namun mereka berupaya akan tetap tinggal. (haninmazaya/arrahmah.com)