TEPI BARAT (Arrahmah.id) – Pasukan pendudukan “Israel” telah menewaskan 10 orang Palestina dalam salah satu hari paling mematikan di Tepi Barat yang diduduki sejak serangan “Israel” meningkat pada awal tahun lalu.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sembilan dari warga Palestina yang tewas berada di kamp pengungsi Jenin, setelah pasukan “Israel” menyerbu daerah tersebut.
Seorang warga Palestina lainnya, seorang pria berusia 22 tahun, ditembak oleh pasukan “Israel” di kota al-Ram, sebelah utara Yerusalem.
Dalam serangan di Jenin, yang digambarkan oleh warga Palestina sebagai “pembantaian”, sedikitnya 20 orang lainnya terluka akibat peluru tajam. Empat di antaranya berada dalam kondisi kritis, lansir Al Jazeera.
Korban tewas termasuk seorang wanita tua, menurut para pejabat Palestina. Ia diidentifikasi sebagai Magda Obaid oleh pihak berwenang rumah sakit Jenin.
Pasukan “Israel”, yang menarik diri dari Jenin setelah pembunuhan tersebut, mengatakan bahwa mereka sedang menyelidiki laporan tentang kematian wanita tersebut.
Sementara itu, Brigade Syuhada Al Aqsa -milisi bersenjata yang berafiliasi dengan partai politik Palestina, Fatah- mengatakan bahwa korban tewas termasuk salah satu pejuangnya, Izzuddin Salahat.
Menurut kementerian kesehatan, seorang lainnya, Saeb Azriqi (24), meninggal dunia akibat luka-lukanya di rumah sakit.
Dikatakan bahwa situasi di lapangan sangat sulit, dengan orang-orang yang terluka terus menerus mencapai rumah sakit, saat mereka mengatakan pasukan “Israel” menghalangi ambulans dan petugas medis.
“Ada invasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, dalam hal seberapa besar dan jumlah korban yang terluka,” ujar Wissam Baker, kepala rumah sakit umum Jenin, kepada Al Jazeera.
“Sopir ambulans mencoba menghampiri salah satu syuhada yang berada di lantai, namun pasukan ‘Israel’ menembaki ambulans secara langsung dan mencegah mereka mendekatinya,” lanjut Baker.
Pasukan “Israel” juga menembakkan tabung gas air mata ke arah rumah sakit, yang berdampak pada bagian anak-anak, kata Baker. Hal itu menyebabkan luka-luka sesak napas pada anak-anak dan yang lainnya, tambahnya.
Tentara “Israel” membantah dengan sengaja menembakkan gas air mata ke arah rumah sakit. “Tidak ada yang menembakkan gas air mata dengan sengaja ke rumah sakit,” klaim seorang juru bicara militer. “Namun kegiatan itu tidak jauh dari rumah sakit dan ada kemungkinan gas air mata masuk melalui jendela yang terbuka.”
Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Otoritas Palestina (PA), mengumumkan bahwa otoritas tersebut akan menghentikan koordinasi keamanan dengan “Israel” setelah pembunuhan di Tepi Barat.
“Untuk saat ini, hal itu tidak akan diberlakukan,” katanya dalam sebuah konferensi pers di Ramallah, dan menambahkan bahwa langkah tersebut merupakan tanggapan atas agresi yang terus menerus dilakukan terhadap warga Palestina dan pelanggaran hukum internasional yang dilakukan “Israel”.
“Kami salut kepada mereka yang berdiri teguh membela tanah air kami,” kata juru bicara tersebut.
Ia juga menyerukan penyelidikan Mahkamah Pidana Internasional atas pembunuhan yang terjadi pada Kamis (26/1/2023). (haninmazaya/arrahmah.id)