TEL AVIV (Arrahmah.com) – Militer Zionis Israel membantah pada hari Kamis (4/11/2010) bahwa mereka telah menerima izin dari Amerika Serikat, sebelum digunakan menggunakan bom untuk membunuh seorang warga Palestina yang dicurigai ‘militan’ di Kota Gaza sehari sebelumnya.
Letnan Kolonel Avital Leibovich, yang memberikan penjelasan wartawan pada Rabu malam (3/11) mengenai pembunuhan, mengatakan pernyataannya tidak dimaksudkan sebagai petunjuk bahwa Washington terlibat dalam perencanaan pembunuhan, sebelum insiden itu benar-benar terjadi.
“Saya tidak memberi petunjuk apapun,” katanya kepada kantor berita Jerman, DPA. Ia menjelaskan bahwa ia telah berbicara dengan AS dalam rangka kerja sama umum dan berbagi informasi sebagaimana halnya sesama sekutu.
“Secara umum memang ada kerjasama dengan AS dan dengan tentara lainnya,” kata Leibovich, tapi ia menekankan ketidaktahuannya mengenai informasi intelejen AS yang terjadi sebelum pembunuhan yang menargetkan Mohamed Al-Nemnem.
Al-Nemnem, yang disinyalir sebagai seorang anggota senior kelompok radikal Tentara Islam, tewas ketika mobilnya meledak di luar markas polisi di sebelah barat Kota Gaza pada hari Rabu siang (3/11).
Israel mengatakan Al Nemem terlibat dalam perencanaan serangan terhadap sasaran Israel dan Amerika di semenanjung Sinai dan sasaran.
Dalam konferensi pers, Leibovich melanjutkan: “Tanpa rincian lebih lanjut, saya dapat memberitahu Anda bahwa ada kerjasama yang sangat baik antara kami dan Amerika.”
“Kami memiliki hubungan yang berkelanjutan dengan Amerika serta dengan pasukan lain dan dari waktu ke waktu kami saling berbagi informasi.” (althaf/arrahmah.com)