ANKARA (Arrahmah.com) – Tentara Turki dituduh membawa dua petani Kurdi dengan helikopter dan melempar mereka dari helikopter di Provinsi Van beberapa waktu lalu.
Kasus ini mengingatkan kembali kengerian yang menimpa penduduk setempat ketika puncak pemberontakan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) pada 1990-an.
Gambar wajah Osman Siban (50) dan Servet Turgut (55) berlumuran darah yang beredar daring telah memicu keributan di komunitas Kurdi.
Anggota parlemen dari Partai Demokrat Rakyat (HDP) yang pro-Kurdi menuntut pembentukan komisi untuk menyelidiki kejadian tersebut.
“Ayah saya sedang koma. Dia mengalami trauma otak, 11 tulang rusuk patah, paru-paru bocor, dan dokter mengatakan peluangnya untuk bertahan hidup sangat buruk,” ungkap putra satu-satunya Turgut, Huseyin, seperti dilansir Al-Monitor pada Jumat (25/9/2020).
“Kami menuntut keadilan tapi negara ingin mengubur kebenaran, untuk menutupinya.”
Siban, yang keluar dari rumah sakit militer minggu ini, menderita pusing dan hilang ingatan. “Dia sangat ketakutan. Dia kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat. Ketika dia berbicara, seperti tangisan anak-anak,” kata Hamit Kocak, salah satu dari tiga pengacara yang mengajukan dakwaan pembunuhan yang disengaja, penyiksaan dan melalaikan kewajiban terhadap tersangka.
Pemerintah menyangkal tuduhan tersebut dan menduga kedua orang tersebut membantu dan bersekongkol dengan organisasi teroris.
Insiden di Van terjadi setelah operasi militer Turki dalam perburuan milisi PKK di dekat Surik, Catak, tempat kedua korban bertani di lahan garapan mereka. Dilaporkan tiga tentara Turki dan tiga militan PKK tewas dalam operasi itu.
Saksi mata di Surik mengatakan pada hari yang sama, sebuah helikopter militer mendarat di dekat dusun mereka pada pukul 2 siang.
Sekelompok tentara muncul dan memerintahkan penduduk desa untuk berkumpul di alun-alun.
Mereka menyuruh warga berlutut dan menunjukkan identitas mereka. Kemudian dua orang penduduk desa diambil lalu dipukuli.
Menurut kesaksian Kocak yang disampaikan kepada Al-Monitor, tentara Turki kembali pada sore hari dan mengambil Turgut serta Siban. Kedua petani ini dimasukkan ke dalam helikopter dan diterbangkan.
Ketika penduduk desa mencoba untuk mengikuti helikopter, tentara menodongkan senjata ke arah mereka dan mengancam akan membunuh mereka.
Kocak yakin menduga kedua petani itu diambil karena informan lokal telah mengadu tentang mereka.
“Anggap saja mereka bersalah, tapi mereka ini adalah petani miskin yang berusaha memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apakah ini perlakuan yang pantas mereka terima? Dipukuli sampai mati? ” Ungkap saudara laki-laki Turgut, Naif, dalam wawancara telepon dengan Al-Monitor.
Sebuah laporan medis tertanggal 17 September yang dikeluarkan oleh rumah sakit milik pemerintah tempat para pria dirawat menegaskan, bahwa Siban dirawat setelah jatuh dari ketinggian. Laporan tersebut, yang dilihat oleh Al-Monitor, selanjutnya mengatakan bahwa tenaga medis yang membawanya mengindikasikan bahwa Siban telah jatuh dari helikopter. (Hanoum / Arrahmah.com)