KANDAHAR (Arrahmah.com) – Tentara salibis pimpinan AS di Afghanistan telah memulai operasi besar di provinsi Kandahar sejak beberapa bulan lalu, operasi mereka ternyata menyebabkan kerusakan parah khususnya terhadap kepemilikan sipil.
Aliansi militer Barat mengakui mereka menggunakan bom kekuatan besar selama operasi, mereka mengklaim senjata tersebut menargetkan bom ranjau yang ditanam Mujahidin.
Saksi mata penduduk setempat mengatakan bom yang digunakan NATO merusak rumah-rumah dan peternakan penduduk setempat yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan. Sejumlah warga setempat juga ditangkapi dan tidak jelas nasibnya hingga saat ini.
Hal ini terjadi tidak lama setelah PBB mengumumkan bahwa kematian warga sipil Afghan meningkat 30 persen dari tahun sebelumnya dengan periode yang sama.
Kematian sipil meningkatkan sentimen anti-AS dan negara-negara tetangga mengutuk operasi pimpinan AS yang telah merenggut banyak nyawa sipil setiap harinya. Namun PBB bersikeras bahwa kematian sipil lebih banyak disebabkan oleh serangan “militan”.
Penyerbuan ke Afghanistan oleh AS dengan dalih membatasi militansi dan membawa perdamaian serta stabilitas Afghanistan. Faktanya, sembilan tahun berlalu, Amerika dan pejabat Afghan mengakui bahwa negara tersebut tetap tidak stabil bahkan mengalami kerusakan parah dan warga sipil harus membayar dengan harga mahal atas setiap operasi yang dilancarkan AS.
Meningkatnya angka kematian sipil menjadikan banyak tekanan pada negara-negara anggota NATO untuk menarik mundur pasukan mereka dari Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.com)