Seorang tentara muda melayangkan pertanyaan sederhana untuk petani berjanggut putih : Apakah Anda melihat Taliban hari ini?
Jawaban datang dalam hitungan detik, seorang Mujahid yang bersembunyi di dekat mereka mengakhiri percakapan dengan melancarkan tembakan otomatis yang mematikan ke arah tentara tadi.
Ini hanyalah satu kisah dari ratusan kisah lainnya di Marjah, dimana tentara salibis pimpinan AS melancarkan operasi besar-besaran di sana sejak Februari lalu untuk memulihkan kekuasaan pemerintah.
Berselang delapan bulan, Mujahidin Imarah Islam Afghanistan masih berkuasa di sana, melancarkan perang gerilya yang meledak-ledak setiap harinya dan menanam ratusan bom ranjau yang siap menghantam kendaraan-kendaraan musuh.
Keterlibatan AS dalam perang memasuki tahun ke-10, kegagalan untuk meraih kemenangan menimbulkan banyak pertanyaan tentang efektivitas strategi AS. Belum jelas hasil dari operasi Marjah, AS mengalihkan operasi besar di wilayah lainnya, yakni Kandahar, tempat kelahiran Taliban.
“Ada tanda-tanda situasi di Marjah mulai membaik, namun kami masih menghadapi perlawanan hebat,” klaim Kapten Chuck Anklam. “Kami menghadapi pertempuran setiap hairnya,” lanjutnya.
“Tidak ada daerah yang hampa dari musuh.”
Serangan di Marjah adalah serangan terbesar pertama sejak Barack Obama memerintahkan penambahan pasukan sebanyak 30.000 ke Afghanistan.
Sejak saat itu, Marjah menjadi wilayah paling mematikan bagi tentara salibis pimpinan AS walau mereka malu untuk mengakuinya.
Pada Oktober 2001, administrasi Bush melancarkan pemboman yang memaksa kekuasaan Taliban harus tumbang seminggu kemudian. Tapi apa yang tampak seperti kemenangan cepat ternyata menjadi awal dari salah satu perang terpanjang dalam sejarah AS.
Hasilnya, sejauh ini setidaknya penduduk Afghanistan mengatakan wilayah mereka menjadi lebih tidak aman.
“Ada damai di sini sebelum Anda datang,” ujar seorang petani, Khari Badar kepada seorang tentara yang berpatroli.
Tentara salibis berusaha memenangkan hati dan pikiran penduduk Marjah dengan mengusahakan pengiriman solar untuk pengusaha, memperbaiki toko-toko, sumur dan masjid. Namun penduduk telah lelah dan tak lagi mempedulikan usaha tentara-tentara tersebut. Imarah Islam Afghanistan telah memiliki dukungan dari sebagian besar penduduk. (haninmazaya/arrahmah.com)