Di sebuah gurun terpencil di Yordania, dengan penjagaan ketat, sebuah kamp rahasia berdiri, rumah bagi 1.200 polisi dan pejabat militer senior Suriah yang membelot.
Mereka tinggal di sana dengan kipas angin, tanpa AC, dikelilingi oleh kawat berduri dan mereka melewati hari-hari mereka untuk browsing internet dan menonton berita di televisi mengenai perang Suriah, rindu untuk bergabung dalam pertempuran namun mereka sebagian besar tidak bisa melakukannya.
Militer Yordania menjalankan sebuah kamp yang sebelumnya digunakan oleh AS untuk melatih tentara mereka untuk perang Irak di dekat kamp tersebut. Akses kepada mereka sangat dibatasi untuk perlindungan mereka sendiri. Mereka bahkan terpisah dari keluarga yang hidup di luar kamp di dekat kota perbatasan Mafraq, namun bisa mendapatkan izin khusus untuk mengunjungi mereka.
Para pembelot di kamp ini diperbolehkan untuk berkomunikasi dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) di Yordania maupun luar negeri, baik secara pribadi dan melalui saluran komunikasi telepon atau internet, namun tidak memiliki apa yang dianggap intelijen sesuatu yang berharga, ujar seorang pejabat keamanan Yordania yang tidak ingin disebutkan identitasnya karena tidak memiliki wewenang untuk membuat pernyataan pers.
Fasilitas ini merupakan tanda peran Yordania sebagai pendukung oposisi Suriah secara diam-diam. Tetapi di saat yang sama, Yordania ingin menghindari ketegangan dengan penguasa tetangganya, khawatir bahwa Presiden Assad akan terus berkuasa.
Terdapat lebih dari 160.000 pengungsi Suriah di Yordania, dan jumlah mereka meningkat hingga ribuan orang setiap hari. Sekitar 8.000 orang tinggal di sebuah kamp yang baru didirikan di perbatasan, sedangkan sisanya tersebar di seluruh Yordania.
Mempertahankan kontrol atas para pengungsi menimbulkan ancaman keamanan untuk kerajaan. Pejabat keamanan Yordania dan pengungsi mengatakan terdapat “sel tidur” pro-Assad di Yordania yang sewaktu-waktu bisa melakukan tindakan terhadap pengungsi lainnya.
Yordania telah menolak beberapa permintaan oleh pemerintah Assad untuk mengekstradisi para pembelot dan telah mengizinkan masuk ratusan pembelot Suriah yang bergerak bebas di seluruh negeri.
Tidak jelas apakah mantan Perdana Menteri Suriah, Riad Hijab, yang melarikan diri ke Yordania, juga berada di kamp rahasia di gurun.
Agen berita Associated Press meminta akses untuk mengunjungi fasilitas tersebut namun permintaan mereka ditolak. Namun bagaimanapun, AP mengatakan bahwa mereka berhasil berbicara dengan dua orang yang tinggal di kamp tersebut yang menggambarkan kondisi di sana.
Khaldoun (47), mantan brigadir tentara Suriah, mengatakan bahwa puluhan rumah didirikan di sana yang berisi sekitar tujuh orang tiap rumahnya dilengkapi dengan kipas angin. Tentara Yordania bersenjata lengkap menjaga kamp tersebut sepanjang hari, ujarnya.
Orang-orang menghabiskan hari-hari mereka untuk berolahraga dan bermain catur dan Yordania menyediakan akses internet, televisi, telepon seluler dan komputer.
“Cukup bagus berada di sini, jauh dari ketegangan dan perang, namun ini bukanlah yang saya harapkan,” ujarnya kepada AP.
“Saya ingin menjadi bagian dari gerakan pemberontakan untuk membebaskan Suriah,” tambah Khaldoun. Dia bilang bahwa dia menghabiskan sebagian besar harinya untuk menonton televisi, browsing internet atau bertukar gosip dengan penghuni lainnya.
Khaldoun membelot ke Yordania pada bulan Januari, puncak penindasan rezim Assad di kota kelahirannya, Homs, yang menjadi pusat pemberontakan yang dimulai pada Maret 2011. Berasal dari keluarga Muslim Sunni, ia bertugas di Divisi Lapis Baja selama 23 tahun sampai melarikan diri.
Para pembelot berkisar dari kopral hingga jenderal, namun akses mereka untuk informasi negara dan militer sangat terbatas karena sebagai Muslim Sunni mereka terjegal oleh lingkaran dalam Syiah Alawiyah yang berkuasa, yang mengelilingi Assad.
Pejabat keamanan Yordania mengatakan akses kepada mereka dibatasi karena kekhawatiran elemen pro-Assad bisa mencoba menyerang mereka.
Serangkaian serangan terhadap warga Suriah di Yordania telah menyebabkan pengungsi dan otoritas Yordania yakin bahwa agen rezim Assad beroperasi di sana untuk memburu dan mengintimidasi orang-orang yang melarikan diri.
Pejabat pemerintah Yordania menolak untuk berkomentar mengenai kamp gurun, mengatakan bahwa mereka hanya memiliki sedikit informasi tentang pembelot Suriah.
Salah satu pembelot di kompleks gurun mengatakan bahwa sebagai seorang kolonel di militer, ia memegang peringkat tinggi dan rezim Assad akan berusaha keras untuk menyerangnya.
“Mereka akan menghancurkan seluruh pinggiran kota jika mereka berpikir salah satu dari kami ada di sana,” ujar sang kolonel yang mengidentifikasikan dirinya Rahal.
“Inilah mengapa saya harus keluar dari Suriah,” tambahnya.
Rahal mengatakan ia dan 37 perwira lainnya pernah dipenjara tak lama setelah dimulainya pemberontakan, namun beberapa dari mereka diberi amnesti dan dibebaskan pada bulan Mei. Rezim menyuruhnya untuk melapor setiap harinya.
“Saya tidak memiliki pekerjaan nyata, hanya minum teh dan menonton televisi,” ujar pria berusia 45 tahun itu.
Ia mengatakan ia memutuskan untuk membelot ketika pasukan keamanan memutuskan untuk melancarkan kampanye militer “untuk mengakhiri krisis”.
Rahal memperkirakan FSA akan mendapatkan senjata yang dibutuhkan untuk mengalahkan Assad.
“FSA seperti sekelompok burung di pohon. Jika rezim mencoba menembak salah satu burung, maka yang lainnya akan terbang ke pohon lain. Rezim tidak akan pernah bisa mendapatkan mereka semua,” ujarnya. (haninmazaya/arrahmah.com)