KAIRO (Arrahmah.id) – Mesir telah mengonfirmasi bahwa sekelompok tentaranya telah ditangkap di Sudan, dan paramiliter Pasukan Pendukung Cepat (RSF) telah menyatakan akan bekerja sama untuk mengembalikan mereka.
RSF, yang kini terlibat dalam konflik bersenjata mematikan dengan tentara negara itu pada Sabtu sore merilis sebuah video yang menunjukkan pasukan Mesir yang dikatakannya telah “menyerahkan diri” di Merowe, yang terletak di antara ibu kota Sudan, Khartoum, dan perbatasan dengan Mesir.
Dalam video tersebut, sekelompok pria yang mengenakan seragam tentara Mesir terlihat duduk di tanah dan berbicara dengan anggota RSF. Video lain menunjukkan anggota RSF berdiri di samping pesawat militer yang bertuliskan Angkatan Udara Mesir, merayakan penyitaan pesawat yang diduga dilakukan di Merowe.
Angkatan Bersenjata Mesir merilis sebuah pernyataan pada Sabtu malam yang mengatakan bahwa mereka sedang berusaha untuk membawa pasukannya kembali, mengklaim bahwa mereka berada di sana untuk “melakukan pelatihan bersama dengan rekan-rekan mereka dari Sudan,” lansir Al Jazeera.
Militer Mesir dan Sudan telah melakukan beberapa latihan bersama sebelumnya, termasuk latihan angkatan laut yang diumumkan awal bulan ini di Port Sudan di Laut Merah di tengah meningkatnya ketegangan dengan Ethiopia.
Kairo dan Khartoum semakin memperdalam hubungan militer mereka, dengan tentara mereka menandatangani perjanjian kerja sama militer pada Maret 2021 yang mencakup pelatihan dan keamanan perbatasan.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, yang sangat mendukung tentara Sudan dan partai-partai politik pro-tentara, telah mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan Sudan setelah mantan Presiden Omar al-Bashir kehilangan kekuasaannya dalam pemberontakan massal pada 2019.
El-Sisi, yang mengambil alih kekuasaan pada 2013 setelah kudeta militer, melakukan panggilan telepon dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Sabtu, menyatakan keprihatinannya atas kejadian-kejadian di Sudan dan menyerukan dialog.
Kementerian luar negeri Mesir juga mengatakan telah melakukan kontak dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, untuk mengoordinasikan dan mendiskusikan upaya-upaya untuk menghentikan kekerasan.
Sesi darurat Liga Arab diadakan pada Ahad (16/4/2023) untuk membahas Sudan setelah Mesir dan Arab Saudi memintanya. Organisasi yang beranggotakan 22 negara ini didirikan di Kairo pada tahun 1945 dan saat ini memasukkan Sudan sebagai salah satu anggotanya. (haninmazaya/arrahmah.id)