TEL AVIV (Arrahmah.id) – Seorang tentara “Israel” baru-baru ini kembali dari Gaza dan melukai anggota unitnya ketika dia terbangun dari mimpi buruk dan mulai menembakkan senjata, Channel 12 “Israel” melaporkan pada Rabu (27/12/2023).
Tentara tersebut sedang menginap di sebuah resor di Ashkelon di “Israel” selatan yang digunakan oleh militer untuk tujuan rehabilitasi ketika insiden tersebut terjadi.
Tentara itu melepaskan tembakan ke dinding, melukai sejumlah tentara yang menderita luka akibat pecahan peluru, menurut Jerusalem Post.
Insiden tersebut dirujuk untuk diselidiki ke Kementerian Pertahanan “Israel”, namun diputuskan bahwa tidak ada tindakan lebih lanjut yang akan diambil karena kondisi psikologis prajurit tersebut.
Awal bulan ini, Haaretz melaporkan bahwa 18% tentara yang berpartisipasi dalam invasi Gaza menderita masalah kesehatan mental dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Laporan tersebut mengutip angka-angka yang diberikan pada sidang Komisi Perang Kesehatan oleh Limor Luria, kepala departemen rehabilitasi Kementerian Pertahanan “Israel”.
Rekaman yang diunggah online menunjukkan intensitas pertempuran jalanan di Gaza, di mana setidaknya 164 tentara “Israel” tewas.
Sebuah laporan dari Ynet News Israel awal bulan ini mengatakan lebih dari 5.000 tentara “Israel” telah terluka sejak awal perang di Gaza, dan 2.000 di antaranya secara resmi diakui oleh Kementerian Pertahanan “Israel” sebagai penyandang cacat.
Pemerintah “Israel” bungkam mengenai jumlah korban tentara selama invasi ke Gaza, dengan tuduhan tindakan keras terhadap kebebasan pers pada masa perang yang dilakukan oleh pemerintahan sayap kanan Netanyahu.
Banyak laporan mengenai tentara yang menderita trauma mental setelah berpartisipasi dalam serangan brutal “Israel” di wilayah Palestina selama bertahun-tahun, dan tentara mengklaim bahwa mereka tidak mendapat dukungan yang memadai dari pemerintah.
Pada Agustus, tentara “Israel” Bar Khalaf membakar dirinya di tengah perselisihan dengan Kementerian Pertahanan “Israel” mengenai status disabilitasnya. Khalaf bertugas dalam serangan “Israel” di Gaza pada 2014, kemudian mengklaim bahwa dia menderita PTSD usai bertugas. (zarahamala/arrahmah.id)