RABAT (Arrahmah.id) – Sekelompok tentara dan komandan “Israel” akan berpartisipasi aktif dalam latihan militer internasional “African Lion 2023” yang diadakan di Maroko, menandai pertama kalinya IDF mengambil bagian aktif dalam latihan militer tersebut.
Pada Ahad (4/6/2023), dua belas tentara dari unit pengintaian Brigade Golani meninggalkan “Israel” untuk bergabung dalam dua pekan terakhir latihan internasional di Maroko.
Edisi ke-19 dari acara tahunan, yang menampilkan 8.000 anggota layanan dari 18 negara, diselenggarakan bersama oleh Angkatan Bersenjata Kerajaan Maroko dan Angkatan Darat Amerika Serikat.
“Kemampuan kolektif kita untuk menyatukan negara-negara yang berpikiran sama untuk latihan seperti ini benar-benar mengesankan,” Mayor Jenderal Joel Tyler, komandan Komando Afrika Amerika Serikat, mengumumkan Senin malam (5/6).
Latihan perang meliputi latihan dalam perencanaan operasional dan memerangi senjata pemusnah massal, pelatihan taktis darat, laut, udara dan pasukan khusus, serta operasi lintas udara.
Menurut IDF, pasukan “Israel” “akan fokus pada latihan berbagai tantangan pertempuran yang menggabungkan perang infanteri perkotaan dan perang bawah tanah yang menjadi spesialisasi mereka, dan akan mengakhiri pelatihan dalam latihan bersama untuk semua tentara.”
African Lion adalah inti dari strategi latihan AFRICOM.
“Israel” berpartisipasi dalam acara tersebut tahun lalu, namun hanya sebagai pengamat militer internasional dan tanpa tentara yang ambil bagian di lapangan.
Acara dimulai pada Ahad (5/6) dan berlangsung hingga 16 Juni, meliputi tujuh wilayah negara Afrika Utara – Tan Tan, Mehbes, Tiznit, Kenitra, Ben Guerir dan Tifnit.
Media “Israel” mengatakan pasukan Brigade Golani hanya akan berpartisipasi dalam latihan di Maroko, namun, sebagian dari AFRICOM juga diadakan di Ghana, Senegal, dan Tunisia – negara-negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Tel Aviv.
Sejak mereka menormalisasi hubungan pada Desember 2020, Maroko dan “Israel” telah bekerja dengan ambisius untuk meningkatkan kerja sama di bidang militer, keamanan, perdagangan, dan pariwisata, terlepas dari penentangan politik dan sosial yang terus-menerus terhadap normalisasi di Kerajaan Afrika Utara tersebut.
Setahun kemudian, menteri pertahanan saat itu Benny Gantz menandatangani nota kesepahaman dengan timpalannya dari Maroko, perjanjian pertama antara Israel dan sebuah negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Perjanjian tersebut meresmikan hubungan pertahanan antara kedua negara, memungkinkan kerja sama yang lebih lancar dan penjualan senjata antara kedua negara.
Juli lalu, kepala IDF Aviv Kohavi mengadakan kunjungan resmi pertama ke Maroko. Pada Februari, Panglima Angkatan Udara “Israel”, Mayor Jenderal Tomer Bar juga mengunjungi Rabat.
Sementara itu, Ketua Knesset Amir Ohana dijadwalkan terbang ke Rabat pada Rabu (7/6) dalam kunjungan resmi ke Parlemen Maroko. Rabat belum menonfirmasi kunjungan tersebut.
Ohana, anggota Partai Likud yang berkuasa di “Israel”, adalah pembicara Knesset pertama yang diundang untuk kunjungan kenegaraan ke parlemen sebuah negara Muslim. Orang tuanya lahir di Maroko dan berimigrasi ke “Israel” pada 1950-an.
“Sejarah sedang dibuat di depan mata kita, dan itu menandai penguatan hubungan kedua negara, kedekatan yang lebih besar antara bangsa-bangsa dan perluasan lingkaran perdamaian,” kata Ohana dalam pernyataan tertulis. (zarahamala/arrahmah.id)