London – Satu tentara Inggris tewas sesudah ditembak di kota bandar Basra, Irak selatan, kata kementerian pertahanan Inggris di London hari Rabu.
“Dengan kesedihan mendalam, kami harus memastikan kematian satu tentara Inggris dari Skadron 1, Resimen Angkatan Udara Inggris, sebagai akibat penembakan senjata genggam dalam gerakan di Basra malam lalu, Selasa, 7 Agustus 2007,” kata kementerian itu.
“Serangan itu terjadi sekitar pukul 20.30 waktu setempat (Rabu, 01.00 WIB) di kabupaten Karmat Ali di kota Basra,” kata pernyataan kementerian tersebut.
Kematian itu membuat jumlah tentara Inggris tewas di Irak sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat untuk menumbangkan Presiden Saddam Hussein tahun 2003 menjadi 166 orang.
Jurubicara tentara di Irak mengatakan kepada kantor berita Prancis, AFP, pada Rabu pagi bahwa satu lagi tentara Inggris tewas akibat tembakan senjata genggam dalam gerakan Senin malam di kabupaten Fursi di Basra.
Keluarga tentara tewas terkini itu sudah diberitahu, kata kementerian pertahanan tersebut.
Satu tentara Inggris tewas di Irak ahir Juli akibat serangan terhadap pangkalan Istana Basra, kata Kementerian Pertahanan.
Tentara itu, dari resimen Tank ke2, tewas “akibat tembakan tak langsung”, katanya dalam pernyataan, dengan menambahkan bahwa rincian tak ada dengan alasan keamanan.
Tapi, kantor berita Jerman DPA menyatakan tentara tersebut tewas akibat serangan roket atau mortir.
Kematian itu terjadi dua hari sesudah tiga tentara Angkatan Udara Inggris tewas dalam serangan mortir serupa atas pangkalan Gerakan Darurat di Basra.
Inggris memunyai sekitar 5.500 tentara di Irak, kebanyakan berada di dan sekitar Basra, tapi jumlah itu akan dikurangi 500 sebelum ahir tahun ini.
Tiga tentara Inggris tewas dalam serangan di kota selatan Irak, Basra dua hari sebelumnya, kata kementerian pertahanan.
“Kementerian Pertahanan memastikan kematian seorang petugas dari Skadron 504 Angkatan Udara (RAF) dan dua petugas dari Skadron 1 Resimen RAF,” kata pernyataan kementerian pertahanan.
Pernyataan itu menjelaskan, ketiga petugas tersebut terbunuh dalam “serangan tak langsung” terhadap pangkalan Gerakan Darurat di Basra, Irak selatan.
Kementerian itu mengatakan, untuk alasan keamanan, serangan tersebut tidak dijelaskan lebih rinci.
Kementerian pertahanan menambahkan, semua keluarga tentara itu telah diberi penjelasan mengenai hal tersebut.
Inggris, sekutu utama Amerika Serikat dalam serbuan Maret 2003 atas Irak dan perang ikutannya, memunyai 5.500 tentara di negara terkoyak kekerasan itu, yang terpusat di sekitar Basra, kota utama di selatan.
Perputaran tentara berikutnya, saat pasukan diganti tentara segar, terjadi pada November dan Desember tahun ini, kata Menteri Pertahanan Des Browne.
Ia menyatakan Inggris sudah menyerahkan tanggungjawab sejumlah propinsi dan pangkalan kepada tentara Irak dan akan melakukan yang sama pada istana Basra, pangkalan kedua Inggris dan tumpuan terahirnya di dalam kota kedua Irak tersebut.
Inggris beralih dari gerakan tempur menjadi “pengawas” di tiga dari empat propinsi di Irak selatan.
Perdana Menteri Irak, Nuri Maliki, mengatakan kepada perutusan parlemen Inggris awal bulan ini bahwa tentaranya akan siap mengambil tanggung-jawab keamanan di Basra pada September. (*)
Ya Allah, hancurkanlah Para Musuh Allah…Amin..
Sumber: Antara