PULWAMA (Arrahmah.id) — Tentara India menyerbu sebuah masjid di distrik Pulwama Selatan, Kashmir, dan memaksa Muslim untuk meneriakan “Jai Shree Ram”, ujar mantan Ketua Menteri Jammu dan Kashmir Mehbooba Mufti (24/6/2023).
“Saya terkejut mendengar tentang pasukan50 RR menyerbu masjid di Pulwama dan memaksa umat Islam di dalamnya untuk meneriakkan ‘Jai Shree Ram’. Tindakan seperti itu jelas tindakan provokasi. Saya untuk segera dilakukan penyelidikan,” tweet Mehbooba pada Sabtu (24/6) malam, dikutip dari The Telegraph.
Altaf Ahmad Bhat, saksi mata sekaligus ketua kelompok masyarakat sipil desa Zaddora, mengatakan tentara mengunjungi lokasi tersebut sekitar pukul 2 pagi pada hari Sabtu dan memintanya untuk memanggil beberapa warga, termasuk adik laki-lakinya Javed Ahmad, seorang guru pemerintah.
“Saat itu gelap gulita. Mereka menyegel semua jalan, mengetuk pintu saya dan meminta saya untuk memanggil orang-orang ini karena petugas ingin bertemu dengan mereka. Saya pergi ke rumah mereka dan membawa mereka, termasuk saudara laki-laki saya, meskipun keluarga mereka enggan,” kata Bhat.
Bhat menambahkan: “Beberapa waktu kemudian, saya mendengar tangisan mereka. Saya merasa mereka dipukuli. Saya memprotes dan meneriakkan beberapa slogan tetapi mereka (tentara) memperingatkan saya untuk tetap diam. Apa yang saya pelajari kemudian adalah bahwa mereka (tentara) menyuruh mereka untuk membuka pintu masjid dan meneriakkan slogan-slogan ‘Jai Shree Ram’. Mereka (warga) rupanya menolak membuka masjid (untuk itu) tapi dihajar. Saya melihat mereka (tentara) menginjak-injak kepala saudara laki-laki saya. Dia sepertinya memberi tahu mereka bahwa dia akan meneriakkan slogan-slogan di luar masjid tetapi tidak di dalam.”
Satu setengah jam kemudian, kata Bhat, Arif Wagay, yang mengumandangkan adzan, memasuki masjid untuk shalat subuh. Dia menyalakan pengeras suara dan mulai melantunkan adzan.
“Di tengah jalan, dia dihentikan oleh mereka (tentara). Mereka meneriakinya untuk meneriakkan slogan ‘Jai Shree Ram’. Aku mendengarnya meneriakkan slogan-slogan di pengeras suara. Dia sebenarnya diminta untuk membacanya dalam irama – seperti yang kita ucapkan adzan,” katanya.
Bhat mengklaim bahwa tentara lain, memasuki Masjid Jamia, beberapa ratus meter jauhnya, dan meminta jamaah di sana untuk melakukan hal yang sama.
“Sheeraz Ahmad yang merupakan muadzin di sana mencoba melarikan diri tetapi dia diseret ke dalam dan dipaksa untuk meneriakkan slogan bersama jamaah lainnya. Ketika saya memberi tahu mereka bahwa itu akan menyebabkan gangguan di daerah itu, dia (mayor) menjawab bahwa tidak ada “mai ka lal (anak ibu)” yang berani melakukannya di hadapannya. Dia memperingatkan kami agar tidak menyembelih hewan kurban di desa pada Idul Adha yang akan datang tanpa izinnya.”
Bhat mengatakan ada protes di desa setelah tentara pergi.
“Beberapa orang dari sayap intelijen mendekati saya pada siang hari kemarin (Sabtu) dan mengatakan beberapa perwira tinggi militer ingin berbicara dengan saya melalui telepon, saya menceritakan seluruh kejadian. Dia meminta maaf dan menjanjikan tindakan. Dia mengimbau agar tidak ada protes. Dia mengatakan akan mengirim CO (komandan) unit ke desa, ”kata Bhat.
“CO Sahab datang lebih awal hari ini (Ahad), bersama petugas lainnya, dan meminta maaf. Kami diberitahu bahwa mayor angkatan darat telah dicopot dan dia akan diadili di pengadilan militer. Kami puas dengan tindakan tentara tetapi kami tidak ingin kejadian seperti itu terulang kembali,” tambah Bhat. (hanoum/arrahmah.id)