MAUNGDAW (Arrahmah.com) – Para personel tentara Burma dan warga desa Natala (pemukim baru yang menempati desa Rohingya yang telah dibakar -red) menghancurkan sebuah Masjid di desa Tha Yae Kone Tan, selatan Maungdaw pada Rabu (22/8/2012) malam dan madrasah Islam desa Lambagonena, berdasarkan laporan seorang warga desa Tha Yae Kone Tan kepada Kaladan Press.
Awalnya, “personel tentara dari Maungdaw bergabung dengan tentara yang berada di dekat desa Tha Yae Kone Tan dan desa Natala Tha Yae Kone Baw bersama dengan para warga desa Natala melakukan pertemuan sekitar pukul 16:00 pada 21 Agustus 2012,” kata warga desa itu.
Kemudian, “warga desa Rohingya di Tha Yae Kone Tan, melihat dua truk tentara bergabung dengan kamp tentara dari desa Natala Tha Yae Kone Baw. Tidak ada laki-laki di desa tersebut, hanya ada para wanita yang tinggal di rumah-rumah mereka,” tambahnya.
Para tentara dan warga desa Natala itu mendatangi Masjid tersebut, yang terletak di luar desa dan di utara desa Natala sekitar pukul 20:00 waktu setempat dan mereka mulai menghancurkan dinding Masjid hingga tengah malam, menurut seorang tetua dari Maungdaw.
Warga desa Natala menghancurkan Masjid itu sementara tentara melindungi warga Natala dari serangan (balasan) warga Muslim Rohingya yang ingin mempertahankan Masjid mereka.
Setelah itu, pada pukul 21:00 malam warga Natala dan tentara menghancurkan madrasah Islam di desa Lambagonena.
Komite “pencari fakta”
Pemerintah Musyrik Burma telah membentuk 27 anggota komite pencari fakta yang “independen” untuk mencari bukti tentang kerusuhan etnis di negara bagian Arakan yang akan dilaporkan ke Presiden Thein Sein. Thein Sein yang tidak ingin komite internasional melakukan investigasi di Arakan juga membentuk sebuah komite untuk mencari fakta terkait pembunuhan 10 jamaah haji Muslim di Taungkok pada 3 Juni 2012. Namun, menurut investigasi Kaladan Press, komite tersebut masih belum memberikan laporan yang sebenarnya kepada Thein Sein dan komite tersebut hanya melaporkan bahwa setiap orang mengatakan bahwa mereka tidak melihat siapapun membunuh jamaah haji Muslim.
Di satu sisi pemerintah mengerahkan tim “pencari fakta”, namun di sisi lain kekerasan terhadap Muslim dan bangunan mereka terus dibiarkan terjadi. Hal ini membuat warga Muslim tidak yakin akan komite bentukan pemerintah bisa memberikan laporan yang adil dan benar. (siraaj/arrahmah.com)