LOGAR (Arrahmah.com) – Sedikitnya 3.000 tentara baru AS dikirimkan ke Afghanistan untuk ditempatkan di dua provinsi yang paling “berbahaya” di dekat Kabul. Mereka telah memulai operasi militer.
Pasukan ini disebut-sebut sebagai pasukan gelombang pertama yang sangat diharapkan kehadirannya di Afghanistan oleh tentara yang telah lebih dahulu berada di Afghanistan. Mereka mengharapkan Presiden Barack Obama benar-benar memenuhi janjinya untuk mengirim “bala bantuan” ke Afghanistan.
Komandan AS mengharapkan, Presiden mereka dapat mengirimkan sedikitnya 30.000 pasukan tambahan untuk menyelesaikan misi yang mereka sebut dengan “perang melawan teror” di Afghanistan. Namun kenyataannya, Amerika belum mampu mengirimkan tentara yang dibutuhkan komandannya.
Amerika berusaha meminta bantuan negara-negara sekutunya, namun mereka kebanyakan menolak permintaan AS. Mereka lebih memikirkan perekonomian negara mereka yang tengah carut-marut, ketimbang harus mendukung perang AS di Afghanistan dengan mengirim lebih banyak lagi tentara yang tentunya menghabiskan lebih banyak lagi kas negara.
Unit baru ini, bergerak dari Logar ke Wardak dan mereka berada di pos terdepan di sepanjang provinsi-provinsi tersebut.
Kedatangan mereka disambut ‘baik” oleh mujahidin. Mujahidin mulai menyerang patroli para tentara baru ini dengan menembakkan roket-roket RPG dan melemparkan granat ke arah mereka. Serangan pertama ini dilakukan oleh sekitar 30 mujahidin.
Beberapa bom ranjau pun ikut menyamut kedatangan tentara baru ini. Jumlah kecelakaan tidak diketahui dalam serangan-serangan terbaru untuk tentara baru AS.
Aktivitas mujahidin memang sangat dikenal di Provinsi Logar dan Wardak. Tidak ada yang mampu menghalangi serangan-serangan mereka. Penduduk lokal mengatakan, Taliban telah meningkatkan kekuatannya dan kini menguasai sebagian besar Wardak (35 mil dari Kabul) serta Logar. Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah pegunungan yang dikenal amat baik oleh mujahidin namun tidak oleh tentara kafir.
Salju-salju mulai turun di wilayah tersebut. Pemimpin militer AS di wilayah itu, Kolonel David B. Haight mengharapkan, militan akan mengurangi operasi mereka terkait dengan keadaan cuaca.
Namun ternyata, cuaca tidak mempengaruhi semangat para mujahidin. Mereka terus melakukan perlawanan di tengah-tengah dinginnya salju. Tentara-tentara baru AS dalam bahaya! (Hanin Mazaya/arrahmah.com)