Seiring dengan meningkatnya jumlah tentara muda AS, kebosanan menjadi musuh baru sewaktu aksi anti pemberontak sudah jarang dilakukan.
Di belakang tembok T, sebuah tembok yang terbentang di ibukota Irak, para tentara yang tinggal di dalam Kamp Liberty, yang bersebelahan dengan bandara Baghdad, hidup terisolasi dari kehidupan Irak.
Di Main Street USA Food Court, tidak jauh dari Vigilant Street, truk-truk gandengan mengangkut makanan siap saji seperti Burger King, Taco Bell, Popeyes, Seattle’s Best Coffee dan Subway yang semuanya saling bersaing dalam bisnis.
Sebuah pasar swalayan besar menyediakan hampir setiap kebutuhan impor, termasuk film DVD dan musik, khususnya MP3 player dan iPods yang memang dirancang untuk digunakan dalam perjalanan, namun tidak ada alkohol yang memang dilarang bagi laki-laki dan perempuan.
Sewaktu adzan berkumandang dari seberang danau di tempat Faw Palace (istana yang dibangun oleh Saddam Hussein), dari mesjid di luar perkemahan, tentara-tentara kufar malah mengasah ketrampilan bermain golf mereka dengan menggerakkan bola di air.
Cerutu Kuba dan merek-merek eksklusif lainnya—ditawarkan mulai harga 10 dolar dan dilarang dibawa ke dalam kamp karena dilarang dan akan melalaikan tentara-tentara itu.
Istana Faw sendiri, yang dibangun Saddam si pecinta cerutu itu untuk merayakan kemenangannya dalam perang melawan Iran 1980-1988, dinyatakan sebagai Istana Kemenangan untuk menandai kekalahan Saddam dalam invasi yang dipimpin oleh AS Maret 2003. Istana tersebut sudah diubah markas besar AS dan daya tarik wisatawan bagi tentara Amerika dan sekutu yang berkunjung dari wilayah perang lainnya di Irak.
Sebagian prajurit memancing di danau atau memberi makan bebek, yang lainnya berpose di kursi dengan sandaran lengan mewah pemberian Yasser Arafat untuk temannya, Saddam Hussein.
“Saya sudah di sini empat bulan dan hampir tidak pernah menembak sekalipun,” ujar seorang tentara berusia 20 tahun yang berasal dari Texas, sembari menyalakan kayu di perapian pinggir danau.
Kekerasan di Irak mulai terjadi sejak serangan enam tahun yang lalu, dan Kamp Victory tidak pernah jadi sasaran roket atau mortir selama berbulan-bulan ini, menurut militer AS.
Namun, sekitar 4.250 personil militer AS meninggal di Irak sejak Maret 2003.
Pada 1 Januari, Amerika Serikat mengumumkan keinginannya untuk mengontrol pusat Green Zone Baghdad, rumah pemerintah Irak dan kedutaan besar AS, kepada angkatan perang Irak.
Washington menandatangani perjanjian keamanan dengan Baghdad pada November tahun lalu yang membolehkan angkatan perangnya tinggal selama empat bulan di beberapa wilayah dan di Irak hingga akhir 2011, sembari Irak lambat laun belajar mengambil-alih keamanannya sendiri.
Selama peziarah Shiite berkunjung ke pusat kota Karbala yang berakhir minggu lalu, militer AS tinggal di tepi perbatasan. Pesawat tempur AS terbang melintasi rute ziarah.
Di belakang kamp Victory, tiga orang tentara istimewa AS yang berpangkalan di Irak selatan pun ikut melakukan hal-hal yang aneh. Mereka memamerkan gambar ziggurats Ur kuno dan tempat kelahiran Nabi Ibraham, sebagaimana tentara-tentara muda itu menghisap cerutu yang mereka dapat dalam istana tersebut.
Mereka menawarkan kunjungan ke tempat bersejarah kepada personil sipil AS.
Kolonel Edward Dorman, yang sudah bekerja dengan militer Irak spesialis logistik, membenarkan tindakan tersebut. Ia mengatakan pihaknya mesti berusaha mengatasi pemisah budaya antara Irak dan AS.
“Kalian harus menyatu dengan budaya mereka (rakyat Irak),” ujarnya.
Beberapa personil militer Irak telah dikirim ke AS untuk ”latihan pengembangan etika dan peran militer”, sedangkan personil kepolisian dilatih bagaimana mengumpulkan buktiforensik.
Tetapi selain kerjasama antara angkatan perang sekutu dan penerjemah Irak, di sisi lain, 146.000 orang tentara AS itu bersepakat dengan pemerintah Irak tentang pos pemeriksaan, kawat berduri dan tembok T.
Helikopter Black Hawk hingga saat ini masih selalu mengawasi negara tersebut. Penembak jitu pada masing-masing pesawat yang terbang melambat itu selalu waspada memeriksa dari satu sisi ke sisi yang lain, jika suatu saat para mujahidin melakukan aksi mereka dengan jarak dekat. (Althaf)