IDLIB (Arrahmah.com) – Setelah kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir Syam (HTS) mengatakan kepada kelompok jihad asal Chechnya Jund al Sham (JaS) untuk memilih bergabung atau meninggalkan Idlib, HTS akhirnya menggeruduk markas JaS di pedesaan Latakia.
Dilansir Al Monitor (15/7/2021), banyak anggota JaS meninggalkan senjata mereka dan pergi bersama keluarga mereka untuk tinggal di pedesaan Jisr al Shughour. Mereka memilih pergi daripada harus bergabung dengan HTS.
Kedatangan HTS ke markas JaS dikarenakan tenggat waktu bagi JaS untuk memilih telah lewat.
Sebelumnya pemimpin HTS yang dipimpin oleh Abu Maria al Qahtani menolak semua usulan solusi yang diajukan lima pemimpin dari JaS yang dipimpin oleh Muslim al Shishani. Abu Maria al Qahtani bersikeras agar faksi tersebut dibubarkan kalau tidak mau bergabung dengan HTS.
Pada 2 Juli lalu, Shishani membagikan rincian pertemuannya dengan HTS dan mengatakan bahwa kelompoknya diminta untuk meninggalkan Idlib.
“Kami menerima surat panggilan dari Komandan General Security Service HTS, dan keesokan harinya saya pergi bersama sesama anggota untuk bertemu dengannya. Dia meminta saya untuk membubarkan kelompok dan meninggalkan Idlib, dan dia mengatakan kepada saya ini adalah keputusan akhir karena HTS memegang kendali di Idlib dan tidak akan membiarkan siapa pun untuk tidak mematuhinya,” kata Shishani dalam sebuah pernyataan yang beredar di media sosial.
Dia menambahkan, “JaS tidak pernah berkonfrontasi melawan HTS dan tidak pernah terlibat dalam pertempuran antar faksi sejak dibentuk delapan tahun lalu. Bagaimana kami bisa diminta untuk pergi setelah para pemimpin dan anggota kami menjadi buronan internasional karena berperang di Suriah?”
Abbas Sharifeh, seorang peneliti kelompok jihad yang berbasis di Turki, mengatakan kepada Al Monitor, HTS sedang mencoba untuk menggambar ulang lanskap pertempuran di Idlib dan menambahkan para pejuang dari kelompok-kelompok yang dibubarkannya ke dalam barisannya. Ia ingin menunjukkan kepada pihak asing bahwa mereka memerangi dan melenyapkan kelompok jihad di Idlib.”
Sharifeh menunjukkan bahwa HTS ingin merubah ulang pertempuran di Suriah bahwa pertempuran di Suriah hanya warga negara Suriah saja. Itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka berkomitmen pada perjanjian internasional.
Seorang mantan pemimpin jihad yang dijuluki Abu Abd al Rahman al Shami yang tinggal di Idlib mengatakan kepada Al Monitor, “Beberapa kelompok kecil Suriah yang berafiliasi dengan JaS memutuskan untuk menyerahkan senjata mereka dan duduk di pinggir lapangan untuk saat ini. Mereka menolak untuk bergabung dengan HTS dan sedang menunggu entitas komprehensif yang mewakili seluruh kekuatan militer lokal di Idlib. Jika Shishani tidak pergi ke Turki, dia mungkin pergi ke Afghanistan, tetapi pergi ke Afghanistan membutuhkan koordinasi dengan Taliban.”
Shami menambahkan bahwa semua formasi kecil pejuang non-Suriah dan pemberontak lokal yang menentang HTS dan menolak untuk bergabung akan menghadapi nasib yang sama seperti JaS.
Abu Khaled al Muhajir, seorang pemimpin jihad yang dekat dengan JaS yang tinggal di pedesaan Idlib, mengatakan kepada Al Monitor, “JaS belum sepenuhnya membubarkan diri, tetapi tidak lagi hadir di lapangan. Kelompok tersebut akan membuat pengumuman resmi dalam beberapa hari, dan para pejuangnya akan tetap sebagai individu yang memerangi rezim. Mereka tidak akan bisa pergi ke negara asalnya karena mereka dicari oleh petugas keamanan di sana. Akan lebih baik bagi mereka untuk tetap tinggal dan melawan rezim Suriah tetapi tanpa menjadi bagian dari kelompok di Idlib.”
Ia menambahkan, “HTS sedang berusaha mendirikan negara dan tidak ingin ada persaingan. Sementara itu, beberapa mantan pejuang JaS mungkin pergi ke Turki dan hidup sebagai warga sipil dengan keluarga mereka, sementara yang lain bisa pergi ke Afghanistan, tetapi Shishani tidak akan meninggalkan Suriah dan HTS mungkin akan menangkapnya dalam beberapa bulan mendatang untuk menghilangkan ancaman yang mungkin dia timbulkan.”
Seorang pemimpin HTS yang tinggal di Idlib mengatakan kepada Al Monitor dengan syarat anonim, “HTS sedang mendirikan negara dan tidak akan ada kelompok di negara bagian itu yang tidak berada di bawah payungnya. Oleh karena itu, HTS tidak akan mengizinkan kelompok mana pun untuk beroperasi secara independen saat bekerja untuk membentuk lembaga yang bersatu. Tidak lagi seperti beberapa tahun yang lalu: kelompok yang kemudian menerima keberadaan kelompok lain. Situasinya benar-benar berbeda hari ini.” (hanoum/arrahmah.com)