BEIRUT (Arrahmah.com) – Abeer Seikaly memperlihatkan tenda buatannya kepada The Daily Star pada Kamis (3/4/2014). Ia memadukan gaya hidup nomaden di masa lalu dengan keadaan buruk yang dialami oleh para pengungsi. Strukturnya memungkinkan sebagai tempat penampungan mandiri, tidak hanya mencapai fungsi utamanya sebagai rumah pengungsi, tetapi juga menyediakan titik dari mana interaksi sosial mereka dapat menciptakan komunitas di lingkungan yang baru.
Proyeknya bertajuk, “menenun sebuah rumah”, merupakan sebuah karya berbasis penelitian, mulai dari menelaah arsitektur tradisional tenda penampungan, menciptakan kain yang baik (mengembang dan dapat menyesuaikan dengan kondisi cuaca), juga menciptakan perangkat rumah yang dapat menjamin penyediaan panas, air, listrik sekaligus fungsi penyimpanan. Hasilnya, tenda ini dapat dilipat dan bertenaga surya. Proyek desain ini meraih hadiah di tahun lalu melalui Lexus Design Award.
Seikaly telah bereksperimen dengan hubungan antara struktur dan kain selama bertahun-tahun, sementara juga menjelajahi konsep-konsep abstrak seperti gerak, waktu, swasembada dan alam dalam karyanya .
“Ketika saya berbicara tentang gerak, saya berbicara tentang gerakan fisik, tapi saya juga berbicara tentang hal itu dengan cara yang non-fisik,” katanya kepada The Daily Star.
Dia mulai dengan melihat aspek fisik dari sebuah tenda dan kondisi yang buruk dari sebagian besar kamp-kamp pengungsi. Ia berharap tendanya dapat digunakan di Jordan yang memiliki lebih dari 500.000 pengungsi Suriah, yang sebagian besar tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak. Di Libanon hampir 1 juta pengungsi Suriah terdaftar, banyak yang tinggal di tempat penampungan yang tidak layak huni. (adibahasan/arrahmah.com)